BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Indonesia merupakan
Negara yang kaya akan bahan galian industri dimana sektor pertambangan
merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam pemasukan devisa yang
besar bagi negara. Bahan galian adalah
bijih (ore), mineral industri
(industrial minerals) atau bahan galian Golongan C dan batu bara (coal). Pengolahan bahan galian
(mineral beneficiation/mineral processing/mineral dressing) adalah suatu proses
pengolahan dengan memanfaatkan perbedaan-perbedaan sifat fisik bahan galian
untuk memperoleh produkta bahan galian yang bersangkutan.
Indonesia
merupakan kepulauan yang dinamik yang terbentuk akibat pertumbuhan 3 lempeng
Lempeng Eurasia, Lempeng India-australia dan lempeng pasifik. Pergerakan tektonik convergence, spreading,
subduction, obduction, collision dll di selanjutnya diikuti oleh proses intrusi
magmatik, pembentukan batuan piroklastik dan batuan sediment seiring
pembentukan volcano magmatik arc. Busur kepulauan Indonesia yang juga bias
didefinisikan sebagai Cenozoic volcano plutonic arc memiliki bentangan
sepanjang 9000 km dan sebagian besar dari bentangan tersebut memiliki potensi
sumberdaya mineral. Volcano magmatic arc atau umumnya disebut busur magmatik
yang merupakan produk dari proses tektonik, memiliki kaitan yang erat dengan
pembentukan proses-proses mineralisasi
di kerak bumi. Mineral logam pada umumnya terbentuk di Busur magmatik tersebut.
Batuan – batuan yang terbentuk pada Busur magmatik khususnya yang berasosiasi
dengan mineralisasi terdiri dari batuan vulkanik, batuan intrusive. Pada makalah ini
penulis akan membahas tentang busur Sulawesi(Sulawesi Arc).
1.2
Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Adapun maksud dari makalah ini adalah untuk
menambah ilmu pengetahuan tentang busur magmatic. Terutama busur Sulawesi(Sulawesi
Arc).
1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah:
·
Untuk
mengetahui pembagian mandala yang ada di busur Sulawesi
·
Jenis
Endapan bahan galian yang terdapat di busur Sulawesi
·
Untuk
mengetahui kondisi geologi regional yang terdapat di busur Sulawesi.
BAB II
LANDASAN
TEORI
Sebagai daerah pertemuan tiga lempeng aktif, Indonesia juga memiliki daerah
busur kepulauan yang menyebar sepanjangan wilayah timur – selatan Indonesia.
Pergerakan lempeng – lempeng secara aktif pada masa neogen menyusun Indonesia
menjadi beberapa jalur aktif busur magmatik. Indonesia memiliki 7 jalur
utama busur magmatik dan beberapa busur minor. Ketujuh busur mayor tersebut
adalah:
1. Busur Sunda-Banda (Neogen)
2. Busur Sumatra-Meratus (Pertengahan dan Akhir Cretaceous)
3. Busur Halmahera (Neogen)
4. Busur Sulawesi-Timur Mindanao (Neogen)
5. Busur Kalimantan Tengah (pertengahan Tertiary dan
Neogen)
6. Busur Tengah Irian Jaya (Neogen)
7. Busur Aceh (Neogen)
Gambar 2
Pembagian Busur di Indonesia
Pulau Sulawesi mempunyai bentuk yang berbeda dengan pulau lainnya. Apabila
melihat busur-busur disekelilinya Benua Asia, maka bagian concaxnya mengarah ke
Asia tetapi Pulau Sulawesi memiliki bentuk yang justru convaxnya yang menghadap
ke Asia dan terbuka ke arah Pasifik, oleh karena itu Pola Sulawesi sering
disebut berpola terbalik atau inverted arc.Pulau Sulawesi terletak pada zone peralihan antara Dangkalan Sunda dan
dangkalan Sahul dan dikelilingi oleh laut yang dalam. Dibagian utara dibatasi
oleh Basin Sulawesi ( 5000 – 5500 m ). Di bagian Timur dan Tenggara di batasi
oleh laut Banda utara dan Laut Banda Selatan dengan kedalaman mencapai 4500 –
5000 m. Sedangkan untuk bagian Barat dibatasi oleh Palung Makasar (2000-2500m).
Sebagian besar daerahnya terdiri dari pegunungan dan tataran rendah yang
terdapat secara sporadik, terutama terdapat disepanjang pantai. Dataran rendah
yang relatif lebar dan padat penduduknya adalah dibagian lengan Selatan.
Berdasarkan orogenesenya dapat dibagi ke dalam tiga daeran (Van Bemmelen, 1949)
sebagai berikut :
1.
Orogenese di bagian Sulawesi
Utara
Meliputi lengan Utara Sulawesi yang memanjang dari kepulauan Talaud sampai
ke Teluk Palu – Parigi. Daerah ini merupakan kelanjutan ke arah Selatan dari
Samar Arc. Termasuk pada daerah ini adalah Kepulauan Togian, yang secara
geomorfologis dikatakan sebagai igir Togian (Tigian Ridge). Daerah orogenese
ini sebagain termasuk pada inner arc, kecuali kepulauan Talaud sebagai Outer
Arc.
2.
Orogenese di bagian Sulawesi
Sentral
Dibagian sentral ini terdapat tiga struktur yang menjalur Utara – Selatan
sebagai berikut:
-
Jalur Timur disebut Zone Kolonodale terdiri atas
lengan timur dan sebagian yang nantinya bersambung dengan lengan Tenggara.
Sebagai batasnya adalah garis dari Malili – Teluk Tomori. Daerah ini oleh
singkapan-singkapan batuan beku ultra basis.
-
Jalur Tengah atau Zone Poso, batas Barat jalur ini
adalah Medianline. Zona ini merupakan Graben yang memisahkan antara Zona Barat
dan Timur.Dibagian Utara Zone ini terdapat Ledok Tomini dan di Selatannya
terdapat Ledok Bone. Daerah ini ditandai oleh mayoritas batuan Epi sampai
Mesometamorfik crystalline schist yang kaya akan muscovite.
-
Jalur Barat atau Zona Palu, ditandai oleh terdapat
banyaknya batuan grano – diorite, crystalline schist yang kaya akan biotite dan
umumnya banyak ditemui juga endapan pantai. Zona ini dibagian Utara dibatasi
oleh Teluk Palu – Parigi, di Selatan dibatasi garis dari Teluk Mandar – Palopo.
Dari Teluk Mandar – Palopo ke arah selatan sudah termasuk lengan Selatan –
Sulawesi. Daerah jalur Barat ini merupakan perangkaian antara lengan Utara Zone
Palu dan lengan selatan merupakan satuan sebagain Inner Arc.
3.
Orogenese di bagian Sulawesi
Selatan
Secara garis besar tangan selatan Sulawesi merupakan kelanjutan Zone Palu
(Zone bagian barat Sulawesi Tengah) dan tangan tenggara merupakan kelanjutan
dari tangan Timur Sulawesi (Zone Kolonodale). Secara Stratigrafi antara lengan
selatan dan lengan tenggara banyak memiliki kesamaan, begitu juga antara Zone
Palu Lengan Utara dengan Zone Kolonodale Lengan Timur dilain fihak. Walaupun
demikian diantaranya terdapat perbedaan-perbedaan sebagai contoh bagian ujung
selatan (di Selatan D. Tempe).
2.1
Geologi Regional
Sulawesi terletak pada pertemuan
Lempeng besar Eurasia, Lempeng Pasifik, serta sejumlah lempeng lebih kecil
(Lempeng Filipina) yang menyebabkan kondisi tektoniknya sangat kompleks.
Kumpulan batuan dari busur kepulauan, batuan bancuh, ofi olit, dan bongkah dari
mikrokontinen terbawa proses penunjaman, tubrukan, serta proses tektonik lainnya
(Van Leeuwen, 1994). Berdasarkan keadaan litotektonik, Sulawesi dibagi tiga
mandala, yaitu: Mandala barat sebagai jalur magmatik yang merupakan bagian
ujung timur Paparan Sunda; Mandala tengah berupa batuan malihan yang ditumpangi
batuan bancuh sebagai bagian dari blok Australia; dan Mandala timur berupa ofi
olit yang merupakan segmen dari kerak samudera berimbrikasi dan batuan sedimen
berumur Trias - Miosen. Van Leeuwen (1994) menyebutkan bahwa mandala barat
sebagai busur magmatik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bagian utara dan
barat. Bagian utara memanjang dari Buol sampai sekitar Manado, dan bagian barat
dari Buol sampai sekitar Makassar. Batuan bagian utara bersifat riodasitik
sampai andesitik, terbentuk pada Miosen - Resen dengan batuan dasar basaltik
yang terbentuk pada Eosen - Oligosen. Busur magmatik bagian barat mempunyai
batuan penyusun lebih bersifat kontinen yang
terdiri atas batuan gunung api - sedimen berumurMesozoikum - Kuarter dan
batuan malihan berumur Kapur. Batuan tersebut diterobos granitoid bersusunan
terutama granodioritik sampai granitik yang berupa batolit, stok, dan retas.
Secara
geologi, sulawesi merupakan wilayah yang geologinya sangat komplek, karena
merupakan perpaduan antara dua rangkaian orogen ( Busur kepulauan Asia timur dan
system pegunungan sunda ).Sehingga, hamper seluruhnya terdiri dari pegunungan,
sehingga merupakan daerah paling berpegunungan di antara pulau- pulau besar di
Indonesia (Sutardji, 2006 :100).
Gambar 2.1
Peta Sebaran Batuan (Van Leeuwen, 1994)
2.2
Pembagian Litogenetik di Pulau
Sulawesi
Berdasarkan
keadaan litotektonik Pulau Sulawesi dibagi 3 yaitu:
·
Mandala barat (West & North Sulawesi Volcano - Plutonic Arc) sebagai jalur
magmatik (Cenozoic Volcanics and Plutonic Rocks) yang merupakan bagian ujung
timur Paparan Sunda;
·
Mandala tengah (Central Sulawesi Metamorphic Belt) berupa batuan malihan yang
ditumpangi batuan bancuh sebagai bagian dari blok Australia;
·
Mandala timur (East Sulawesi Ophiolite Belt) berupa ofiolit yang merupakan
segmen dari kerak samudera berimbrikasi dan batuan sedimen berumur Trias-Miosen
Gambar 2.2
Peta litogenetik pulau sulawesi
2.2.1 Mandala barat
Van Leeuwen (1994) menyebutkan bahwa mandala
barat sebagai busur magmatik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bagian utara
dan barat.Bagian utara memanjang dari Buol sampai sekitar manado Batuan bagian
utara bersifat riodasitik sampai andesitik, terbentuk pada Miosen- Resen dengan
batuan dasar basaltik yang terbentuk pada Eosen-Oligosen. Bagian barat dari
Buol sampai sekitarMakassar. Busur magmatik bagian barat mempunyai batuan
penyusun lebih bersifat kontinen yang terdiri atas batuan gunung api – sedimen berumur
Mesozoikum- Mesozoikum Kuarter dan batuan malihan berumur Kapur. Batuan
tersebut diterobos granitoid bersusunan terutama granodioritik sampai granitik
yang berupa batolit, stok, dan retas.
Ø Mandala Barat bagian Utara (Sulawesi Utara)
Geologi
daerah Sulut didominasi oleh batugamping
sebagai satuan pembentuk cekungan sedimen Ratatotok.
·
Satuan
batuan lainnya adalah kelompok breksi dan batupasir, terdiri dari
breksi-konglomerat kasar, berselingan dengan batupasir halus-kasar, batu lanau
dan batu lempung yang didapatkan
di daerah Ratatotok – Basaan, serta breksi andesit piroksen.
·
Kelompok
Tuf Tondano berumur Pliosen terdiri dari fragmen batuan volkanik kasar
andesitan mengandung pecahan batu apung, tuf, dan breksi ignimbrit, serta lava andesit-trakit. • Batuan Kuarter
terdiri dari kelompok Batuan Gunung api Muda terdiri atas lava andesit-basal,
bom, lapili dan abu
·
Kelompok
batuan termuda terdiri dari batugamping terumbu koral, endapan danau dan sungai
serta endapan alluvium.
Ø Mandala Barat Bagian Barat (Sulawesi Selatan)
Berdasarkan
pengamatan geologi pada data penginderaan jauh dan lapangan, maka batuan di
daerah Enrekang dapat dibagi menjadi 8 satuan,yaitu:
·
Satuan
batupasir malih (Kapur Akhir)
·
Satuan
batuan serpih (Eosen-Oligosen Awal)
·
Satuan
batugamping (Eosen)
·
Satuan
batupasir gampingan (Oligosen- Miosen Tengah)
·
Satuan
batugamping berlapis (Oligosen-Miosen Tengah)
·
Satuan
klastika gunungapi (Miosen Akhir)
·
Satuan
batugamping terumbu (Pliosen Awal)
·
Satuan
konglomerat (Pliosen)
Struktur
geologi yang berkembang di daerah ini terdiri atas sesar naik, sesar mendatar, sesar
normal dan lipatan yang pembentukannya berhubungan dengan tektonik regional
2.2.2
Mandala Tengah
Gambar
2.2.2
Zona
Patahan Palu Koro
Urut-urutan stratigrafi dari muda
hingga tua sebagai berikut :
·
Endapan
alluvium,
·
Endapan
teras (Kuarter),
·
Batuan tufa
(Pliosen - Kuarter),
·
Batuan
sedimen termetamorfose rendah dan batuan malihan yang keduanya termasuk Formasi
Tinombo (Kapur Atas - Eosen Bawah)
·
Batuan
Gunung Api (Kapur Atas – Oligosen Bawah) yang menjemari dengan Formasi Tinombo
·
Batuan
intrusi granit (Miosen Tengah – Miosen Atas) ditentukan menerobos batuan
malihan Formasi Tinombo.
2.2.3
Mandala Timur
Sesar
Lasolo yg merupakan sesar geser membagi lembar daerah Kendari menjadi dua
lajur, yaitu:
Ø Lajur
Tinondo, yang
menempati bagian barat daya
Ø Lajur
Hialu yang
menempati bagian timur laut daerah ini.
Struktur
lipatan hasil analisis data gaya berat daerah ini menunjukkan potensi sumber
daya geologi yang sangat besar, berupa: panas bumi dan endapan hidrokarbon.
Panas Bumi berada di sekitar daerah Tinobu. Kecamatan Lasolo, sepanjang sesar
Lasolo. Cebakan Hidrokarbon di sekitar pantai dan lepas pantai timur daerah
ini, seperti : daerah kepulauan Limbele, Teluk Matapere (Kepulauan Nuha
Labengke). Wawalinda, Telewata, Singgere, pantai utara Kendari, dan lain
sebagainya.
Adapun Formasi batuan yang terdapat didaerah
sulawesi selatan
adalah formasi Latimojong yang berumur Kapur. Formasi ini telah
termetamorfisme dan menghasilkan filit, serpih, rijang, marmer, kwarsit dan
beberapa intrusi bersifat menengah hingga basa. Formasi Toraja
yang terdiri dari Tersier Eosen Toraja dan Tersier Eosen Toraja Limestone
yang berumur Eosen terdiri dari serpih, batugamping dan batupasir
serta setempat batubara, batuan ini telah mengalami perlipatan kuat. Kisaran
umur dari fosil-fosil yang dijumpai pada umumnya berumur Eosen Tengah sampai
Miosen Tengah. Satuan Batuan termuda
berupa endapan aluvial dan pantai yang terdiri dari lempung, lanau, pasir
kerikil dan setempat-setempat terdapat terdapat terumbu koral (Qal) menempati
daerah pesisir timur dan barat.
2.3 Geologi Sulawesi
Secara
geologi, sulawesi merupakan wilayah yang geologinya sangat komplek, karena
merupakan perpaduan antara dua rangkaian orogen ( Busur kepulauan Asia timur
dan system pegunungan sunda ).Sehingga, hamper seluruhnya terdiri dari
pegunungan, sehingga merupakan daerah paling berpegunungan di antara pulau-
pulau besar di Indonesia (Sutardji, 2006 :100) Secara rinci fisiografi sulawesi
adalah sebagai berikut :
Ø Lengan Utara Sulawesi
Pada lengan
ini, fisiograsinya terbagi menjadi tiga bagian berdasarkan aspek geologinya.
Ketiga bagian tersebut adalah :
1. Seksi Minahara,
merupakan ujung timur dari lengan utarasulawesi dengan arah timur laut barat
daya yang bersambung dengan penggungan sangihe yang didirikan oleh aktifitas
vulkanis pegunungan soputan.
2. Seksi gorontalo
merupakan bagian tengah dari lengan utara sulawesi dengan arah timur ke bawah,
namun aktifitas vulkanis sudah padam yang lebar daratanya sekitar 35 – 110 km,
tapi bagian baratnya menyempit 30 km ( antara teluk dondo dipantai utara dan
tihombo di pantai selatan ). Seksi ini dilintasi oleh sebuah depresi menengah
yang memanjang yaitu sebuah jalur antara rangkaian pegunungan di pantai utara
dan pegunungan di pantai selatan yang disebut zone limboto :
3. Jenjang sulawesi
utara, merupakan lengan utara sulawesi yang arahnya dari utara ke selatan dan
terdapat depresi ( lanjutan zone limboto di gorontalo ) yang sebagian besar di
tutup oleh vulkan – vulkan muda, sedangkan antara lengan utara dan lengan timur
di pisahkan oleh teluk tomini yang lebarnya 100 km di bagian timur dan sampai
200 km di bagian barat sedangkan dasar teluknya semakin dangkal kea rah barat (
( kurang dari 2000 meter ) dan di bagian tengah teluk tomini tersebut terdapat
pegunungan di bawah permukaan air laut dengan bagian tinggi berupa kepulauan
togian ( Sutardji ; 2006 : 101 )
Ø Lengan Timur
Lengan
timur sulawesi arahnya timur laut barat daya dan dapat di bedakan menjadi tiga
bagian. Tiga bagian tersebut adalah
1. Bagian timur,
berupa semenanjung Bualeno yang di pisahkan dengan bagian tengah oleh tanah
genting antara teluk poh dan teluk besama
2. Bagian tengah,
dibentuk oleh pegunungan Batui dengan pegunungan Batulumpu yang arahnya
timurlaut-baratdaya yang berangsur-angsur lenardari 20 km di timur sampai 80 km
di utara Bunku.
3. Bagian barat,
merupakan pegunungan tinggi yang membujur antara garis ujng Api sampai Teluk
Kolokolo bagian timur dan garis Lemoro sampai teluk Tomini di barat dan
lebarnya sekitar 75-100 km ( Sutardji, 2006 : 101 )
4. Lengan Tenggara
Batas
antara lengan tenggara dengan bagian tengah sulawesi adalah berupa tanah
gentingantara teluk Usu dengan teluk Tomori yang lebarnya 100 km. Sedangkan
lengan tenggara Sulawesi dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu :
·
Bagian
utara, berupa massip-massPeridotit dari pegunungan Verbeek yang di tengahnya
terdapat dua graben yaitu danau Matana dan Danau Tomini yang letaknya berada
ntara teluk Palopo ( Ujung utara teluk Bone ) dengan Teluk Tolo.
·
Bagian
Tengah, berupa Pegunungan Mekongga di sebelah barat dan sediment peridorit di
sebelah timur yang di batasi oleh Pegunuingan Tangeasinua, sedangkan antara
kedua pegunungan tersebut terdapat basin yang dialiri sungai Konewha, sedangkan
kea rah tenggara jalur ini tenggelam dan membentuk teluk-teluk dan pulau-pulau
kecil serta berkelanjutan sampai kepulauan Manui.
·
Bagian
Selatan, merupakan suatu depresi yang membujur dari arah barat ke timur yang
membentang antara Kendari dan Kolaka yang diisi dataran Aluvial yang berawa
sedangkan di bagian selatannya berupa pegunungan dan bukit-bukit yang teratur
dengan membujug barat ke timur.
4. Lengan Selatan
Bagian
sulawesi selatan merupakan daerah yang dibatasi oleh garis enggara-baratlauit
dari muara sungai Karama sampai Palopo. Batas lengan utara dari garis
timurlaut-barat daya dari palopo sampai teluk Mandar. Namun secara geologis
bagian barat lengan sulawesi tengah termasuk Pegunungan Quarles yang lebih
dekat hubungnnya dengan bagian selatan dengan lemngan selatan ( Sutardji, 2006
: 103 ).
Fisiografi
lengan selatan berupa pegunungan seperti pegunungan yang ada di antara Majene
yang membujur utara-selatan, antara pegunungan Quarles dengan pegunungan
Latimojong dipisahkan oleh lembah Sadang dan diantara lembah Sadang dan teluk
Bone terdapat Pegunungan Latimojong yang membujur dari utara ke selatan dengan
ketinggian sekitar 3000 mdpl. Pada bagian utara dan selatan lengan ini
dipisahkan oleh depresi dengan arah baratlau-tenggara yang terdapat danau-danau
seperti Tempe, Sidenreng, dan danau Buaya. Pada bagu\ian selatannya lengan ini
mempunyai ketinggian yang lebih rendah jika dibandingkan dengan bagian utara.
Di daerah ini ada dua jalur pegunungan yaitu di bagian barat dengan ketinggian
diatas 1000 mdpl dan bagian timur dengan ketinggian 800 mdpl yang dipisahkan
oleh lembah Sungai Walaneia. Kedua jalur pegunungan tersebut di sebelah selatan
pegunungan Bontorilni, bersatu sebagai hulu sungai Walaneia yang mengalir ke
utara tertutup oleh vulkan besar Lampobatang. Sedangkan di luar pantai Makasar
terdapat dangkalan Spermonde dengan rangkaian karang, dan di luar pantai
Watampone terdapat dangkalan dengan rangkaian karang, laut dangkal dan sebelah
baratnya menurun sampai palung Bone
1. Sulawesi Tengah
Keempat
lengan dari pulau Sulawesi bertemu di bagian tengah. Bagian ini di batasi oelh
garis yang melalui Donggala-parigi_Lemore Teluk Tomini dari lengan utara dan
timur, garis dari Mojene_palopor Dongi sampai teluk Temori membatasi dengan
lengan selatan dan tenggara. Bagian tengah Sulawesi terbagi dalam tiga zona yang
memiliki perkembangan Geologi yang berbeda dan mengarah utara-selatan
(Sutardji, 2006:104). Ketiga zona tersebut adalah :
·
Zona Palu,
merupakan busur dalam vulkanis, tetapi telah padam, zona ini bersatu ke utara
dengan Sulawesi utara dan selatan dengan Sulawesi selatan Batuan utama seperti
grafik.
·
Zona Poso,
emrupakan palung antara yang seperti Granit dan endapan sediment pantai batuan
metamosif dengan endapan konglomerat, batu pasar dan letaknya tidak selaras
diatas batuan metamotif.
3. Zona Kolondale,
merupakan busur luar dengan dicirikan oleh batuan ultra basa, batuan segimen
yang terdiri dari gamping dan batu api usia mesozaikum (Sutardji, 2006:104).
2.4
Jenis Endapan Mineral
Pada busur ini, aktivitas magmatik cenderung
berada pada daerah bawah laut dan juga tersusun oleh batuan sedimen sebagai
akumulasi kegiatan tektonik aktif di daerah ini. Dominasi busur ini adalah
aktivitas lempeng aktif yang membentuk lengan – lengan kepulauan Sulawesi.
Akibat pertemuan tiga lempeng samudera yang berada di sulawesi arc menyebabkan
magma basa sehingga menghasilkan mineral yang mengandung logam berat.
Akibatnya, mineralisasi yang terjadi meliputi porfiri emas-tembaga, endapan
sulfidasi tinggi, sediment hosted gold, dan urat sulfidasi rendah.
Berdasarkan
geologinya, lengan timur dan tenggara di dominasikan oleh batuan malihan dan
afiolit yang terobdaksi pada miosen ke atas. Mandala timur, Benua mini
banggai-Sulawesi berasal dariAustralia dan berumur Palezoikum-Mesozoikum (Smith
and Silver, 1991 dalam Soemandjuntak, 2004:26). Sedangkan pada lengan selatan
di dominasi oleh batuan gunung api dan lengan selatan di dominasik oleh batuan
gunung api dan terobosan Miosen lebih muda yang membentuk sabuk lipatan diatas
tepi bagian timur daratan sunda (Katili 1978 dalam Soemandjuntak, 2004:26).
Pada bagian tengah pulau Sulawesi didominasi batuan yang berasal dari aktivitas
volkanik seperti granit. Sedangkan pada lengan utara di dominasi oleh batuan
metamorf seperti Sekis Kristalin dan Phelit. Dilihat dari Geologi regional di
lengan selatan pulau Sulawesi yang terdapat formasi latimojong yang terdiri
atas batuan batu lava, batu pasir termetakan, batuan sabak, filit dan sekis
merupakan formasi batuan yang mirip dengan geologi Kalimantan Barat yaitu
tepian benua yang terbentuk oleh proses penunjaman. Sehingga diperkirakan
Sulawesi dan Kalimantan, dulunya merupakan satu kesatuan daratan lempeng
Eurasia.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan
keadaan litotektonik Pulau Sulawesi dibagi 3 yaitu: Mandala barat (West & North Sulawesi Volcano - Plutonic Arc)
sebagai jalur magmatik (Cenozoic Volcanics and Plutonic Rocks) yang merupakan
bagian ujung timur Paparan Sunda, Mandala
tengah (Central Sulawesi Metamorphic Belt) berupa batuan malihan yang
ditumpangi batuan bancuh sebagai bagian dari blok Australia, Mandala timur (East Sulawesi Ophiolite
Belt) berupa ofiolit yang merupakan segmen dari kerak samudera berimbrikasi dan
batuan sedimen berumur Trias-Miosen.
Adapun
jenis endapan bahan galian yang terdapat di busur Sulawesi lengan tenggara
dominasikan oleh batuan malihan dan afiolit. Sedangkan pada lengan selatan di
dominasi oleh batuan gunung api dan lengan selatan di dominasik oleh batuan
gunung api. Pada bagian tengah pulau Sulawesi didominasi batuan yang berasal
dari aktivitas volkanik seperti granit. Sedangkan pada lengan utara di dominasi
oleh batuan metamorf seperti Sekis Kristalin dan Phelit. Selain itu juga di
busur Sulawesi terbentuk magma basa maka lebih dominan mineral berat seperti
nikel, emas dll.
Adapun
kondisi geologi regional busur sulawesi merupakan wilayah yang geologinya
sangat komplek, karena merupakan perpaduan antara dua rangkaian orogen ( Busur
kepulauan Asia timur dan system pegunungan sunda ). Sulawesi
terletak pada pertemuan Lempeng besarEurasia, Lempeng Pasifik, serta sejumlah
lempeng lebih kecil
(Lempeng Filipina) yang menyebabkan kondisi tektoniknya sangat kompleks.
DAFTAR PUSTAKA
·
F.
Sompontan, Amstrong, 2009”Formasi Geologi
Sulawesi”, ITB, Bandung.
·
Joko Suprapto,
Sabtanto , 2006,” Geokimia regional Sulawesi bagian Utara
·
percontoh
endapan sungai aktif -80 mesh”, Pusat Sumber daya Geologi,Bandung
No comments:
Post a Comment