Batubara
Batubara adalah bahan bakar fosil. Batubara dapat terbakar, terbentuk dari endapan, batuan organik yang terutama terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batubara terbentuk dari tumbuhan yang telah terkonsolidasi antara strata batuan lainnya dan diubah oleh kombinasi pengaruh tekanan dan panas selama jutaan tahun sehingga membentuk lapisan batubara.
Pembentukan Batubara
Komposisi batubara hampir sama dengan komposisi kimia jaringan tumbuhan, keduanya mengandung unsur utama yang terdiri dari unsur C, H, O, N, S, P. Hal ini dapat dipahami, karena batubara terbentuk dari jaringan tumbuhan yang telah mengalami coalification. Pada dasarnya pembentukkan batubara sama dengan cara manusia membuat arang dari kayu, perbedaannya, arang kayu dapat dibuat sebagai hasil rekayasa dan inovasi manusia, selama jangka waktu yang pendek, sedang batubara terbentuk oleh proses alam, selama jangka waktu ratusan hingga ribuan tahun. Karena batubara terbentuk oleh proses alam, maka banyak parameter yang berpengaruh pada pembentukan batubara. Makin tinggi intensitas parameter yang berpengaruh makin tinggi mutu batubara yang terbentuk.
Ada dua teori yang menjelaskan terbentuknya batubara, yaitu teori insitu dan teori drift. Teori insitu menjelaskan, tempat dimana batubara terbentuk sama dengan tempat terjadinya coalification dan sama pula dengan tempat dmana tumbuhan tersebut berkembang.
Teori drift menjelaskan, bahwa endapan batubara yang terdapat pada cekungan sedimen berasal dari tempat lain. Bahan pembentuk batubara mengalami proses transportasi, sortasi dan terakumulasi pada suatu cekungan sedimen. Perbedaan kualitas batubara dapat diketahui melalui stratigrafi lapisan. Hal ini mudah dimengerti karena selama terjadi proses transportasi yang berkaitan dengan kekuatan air, air yang besar akan menghanyutkan pohon yang besar, sedangkan saat arus air mengecil akan menghanyutkan bagian pohon yang lebih kecil (ranting dan daun). Penyebaran batubara dengan teori drift memungkinkan, tergantung dari luasnya cekungan sendimentasi.
Pada proses pembentukan batubara atau coalification terjadi proses kimia dan fisika, yang kemudian akan mengubah bahan dasar dari batubara yaitu selulosa menjadi lignit, subbitumina, bitumina atau antrasit. Reaksi pembentukkannya dapat diperlihatkan sebagai berikut:
5(C6H10O5) -> C20H22O4 + 3CH4 + 8H2O + 6CO2 + CO
Selulosa lignit gas metan
Dalam proses pembentukkan selulosa sebagai senyawa organik yang merupakan senyawa pembentuk batubara, semakin banyak unsur C pada batubara, maka semakin baik kualitasnya, sebaliknya semakin banyak unsur H, maka semakin rendah kualitasnya, dan senyawa kimia yang terbentuk adalah gas metan, semakin besar kandungan gas metan, maka semakin baik kualitasnya.
Klasifikasi Batubara
Menurut American Society for Testing Material (ASTM), secara umum batubara digolongkan menjadi 4 berdasarkan kandungan unsur C dan H2O yaitu: anthracite, bituminous coal, sub bituminous coal, lignite dan peat (gambut).
a. Anthracite
Warna hitam, sangat mengkilat, kompak, kandungan karbon sangat tinggi, kandungan airnya sedikit, kandungan abu sangat sedikit, kandungan sulfur sangat sedikit.
b. Bituminous/subbituminous coal
Warna hitam mengkilat, kurang kompak, kandungan karbon relative tinggi, nilai kalor tinggi, kandungan air sedikit, kandungan abu sedikit, kandungan sulfur sedikit.
c. Lignite
Warna hitam, sangat rapuh, kandungan karbon sedikit, nilai kalor rendah, kandungan air tinggi, kandungan abu banyak, kandungan sulfur banyak.
Kualitas Batubara
Batubara yang diperoleh dari hasil penambangan mengandung bahan pengotor (impurities). Hal ini bisa terjadi ketika proses coalification ataupun pada proses penambangan yang dalam hal ini menggunakan alat-alat berat yang selalu bergelimang dengan tanah. Ada dua jenis pengotor yaitu:
a. Inherent impurities
Merupakan pengotor bawaan yang terdapat dalam batubara. Batubara yang sudah dibakar memberikan sisa abu. Pengotor bawaan ini terjadi bersama-sama pada proses pembentukan batubara. Pengotor tersebut dapat berupa gybsum (CaSO42H2O), anhidrit (CaSO4), pirit (FeS2), silica (SiO2). Pengotor ini tidak mungkin dihilangkan sama sekali, tetapi dapat dikurangi dengan melakukan pembersihan.
b. Eksternal impurities
Merupakan pengotor yang berasal dari uar, timbul pada saat proses penambangan antara lain terbawanya tanah yang berasal dari lapisan penutup.
Sebagai bahan baku pembangkit energi yang dimanfaatkan industri, mutu batubara mempunyai peranan sangat penting dalam memilih peralatan yang akan dipergunakan dan pemeliharaan alat. Dalam menentukan kualitas batubara perlu diperhatikan beberapa hal, antara lain:
a. Heating Value (HV) (calorific value/Nilai kalori)
Banyaknya jumlah kalori yang dihasilkan oleh batubara tiap satuan berat dinyatakan dalam kkal/kg. semakin tingi HV, makin lambat jalannya batubara yang diumpankan sebagai bahan bakar setiap jamnya, sehingga kecepatan umpan batubara perlu diperhatikan. Hal ini perlu diperhatikan agar panas yang ditimbulkan tidak melebihi panas yang diperlukan dalam proses industri.
b. Moisture Content (kandungan lengas).
Lengas batubara ditentukan oleh jumlah kandungan air yang terdapat dalam batubara. Kandungan air dalam batubara dapat berbentuk air internal (air senyawa/unsur), yaitu air yang terikat secara kimiawi.
Jenis air ini sulit dihilangkan tetapi dapat dikurangi dengan cara memperkecil ukuran butir batubara. Jenis air yang kedua adalah air eksternal, yaitu air yang menempel pada permukaan butir batubara. Batubara mempunyai sifat hidrofobik yaitu ketika batubara dikeringkan, maka batubara tersebut sulit menyerap air, sehingga tidak akan menambah jumlah air internal.
c. Ash content (kandungan abu)
Komposisi batubara bersifat heterogen, terdiri dari unsur organik dan senyawa anorgani, yang merupakan hasil rombakan batuan yang ada di sekitarnya, bercampur selama proses transportasi, sedimentasi dan proses pembatubaraan. Abu hasil dari pembakaran batubara ini, yang dikenal sebagai ash content. Abu ini merupakan kumpulan dari bahan-bahan pembentuk batubara yang tidak dapat terbaka atau yang dioksidasi oleh oksigen. Bahan sisa dalam bentuk padatan ini antara lain senyawa SiO2, Al2O3, TiO3, Mn3O4, CaO, Fe2O3, MgO, K2O, Na2O, P2O, SO3, dan oksida unsur lain.
d. Sulfur Content (Kandungan Sulfur)
Belerang yang terdapat dalam batubara dibedakan menjadi 2 yaitu dalam bentuk senyawa organik dan anorganik. Beleranga dalam bentuk anorganik dapat dijumpai dalam bentuk pirit (FeS2), markasit (FeS2), atau dalam bentuk sulfat. Mineral pirit dan makasit sangat umum terbentuk pada kondisi sedimentasi rawa (reduktif). Belerang organik terbentuk selama terjadinya proses coalification. Adanya kandungan sulfur, baik dalam bentuk organik maupun anorganik di atmosfer dipicu oleh keberadaan air hujan, mengakibatkan terbentuk air asam. Air asam ini dapat merusak bangunan, tumbuhan dan biota lainnya.
II.2. Pemanfaatan Batubara
Batubara merupakan sumber energi dari bahan alam yang tidak akan membusuk, tidak mudah terurai berbentuk padat. Oleh karenanya rekayasa pemanfaatan batubara ke bentuk lain perlu dilakukan.
Pemanfataan yang diketahui biasanya adalah sebagai sumber energi bagi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Batubara, sebagai bahan bakar rumah tangga (pengganti minyak tanah) biasanya dibuat briket batubara, sebagai bahan bakar industri kecil; misalnya industri genteng/bata, industri keramik. Abu dari batubara juga dimanfaatkan sebagai bahan dasar sintesis zeolit, bahan baku semen, penyetabil tanah yang lembek. Penyusun beton untuk jalan dan bendungan, penimbun lahan bekas pertambangan,; recovery magnetit, cenosphere, dan karbon; bahan baku keramik, gelas, batu bata, dan refraktori; bahan penggosok (polisher); filler aspal, plastik, dan kertas; pengganti dan bahan baku semen; aditif dalam pengolahan limbah (waste stabilization).
Ada beberapa faktor yang menadi alasan batubara digunakan sebagai sumber energi alternatif, yaitu:
1. Cadangan batubara sangat banyak dan tersebar luas. Diperkirakan terdapat lebih dari 984 milyar ton cadangan batubara terbukti (proven coal reserves) di seluruh dunia yang tersebar di lebih dari 70 negara.
2. Negara-negara maju dan negara-negara berkembang terkemuka memiliki banyak cadangan batubara.
3. Batubara dapat diperoleh dari banyak sumber di pasar dunia dengan pasokan yang stabil.
4. Harga batubara yang murah dibandingkan dengan minyak dan gas.
5. Batubara aman untuk ditransportasikan dan disimpan.
6. Batubara dapat ditumpuk di sekitar tambang, pembangkit listrik, atau lokasi sementara.
7. Teknologi pembangkit listrik tenaga uap batubara sudah teruji dan handal.
8. Kualitas batubara tidak banyak terpengaruh oleh cuaca maupun hujan.
9. Pengaruh pemanfaatan batubara terhadap perubahan lingkungan sudah dipahami dan dipelajari secara luas, sehingga teknologi batubara bersih (clean coal technology) dapat dikembangkan dan diaplikasikan.
II.3. Gasifikasi Batubara
Gasifikasi batubara adalah sebuah proses untuk mengubah batubara padat menjadi gas batubara yang mudah terbakar (combustible gases), setelah proses pemurnian gas-gas karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), hidrogen (H), metan (CH4), dan nitrogen (N2) akhirnya dapat digunakan sebagai bahan bakar. Hanya menggunakan udara dan uap air sebagai reacting gas kemudian menghasilkan water gas atau coal gas, gasifikasi secara nyata mempunyai tingkat emisi udara, kotoran padat dan limbah terendah.
Untuk melangsungkan gasifikasi diperlukan suatu suatu reaktor. Reaktor tersebut dikenal dengan nama gasifier. Ketika gasifikasi dilangsungkan, terjadi kontak antara bahan bakar dengan medium penggasifikasi di dalam gasifier. Kontak antara bahan bakar dengan medium tersebut menentukan jenis gasifier yang digunakan. Secara umum pengontakan bahan bakar dengan medium penggasifikasinya pada gasifier dibagi menjadi tiga jenis, yaitu entrained bed, fluidized bed, dan fixed/moving bed.
slid
Sunday, January 29, 2012
Emas
Tentu Kita semua sudah mengetahui apakah emas itu. Yang paling umum emas biasanya dipakai oleh hampir semua kaum wanita sebagai perhiasan, namun banyak diantara kita tentu belum mengetahui proses terbentuknya emas. Disini kita akan belajar sedikit tentang proses terjadinya emas.
Emas merupakan elemen yang dikenal sebagai logam mulia dan komoditas yang sangat berharga sepanjang sejarah manusia. Elemen ini memiliki nomor atom 79 dan nama kimia aurum atau Au. Emas termasuk golongan native element, dengan sedikit kandungan perak, tembaga, atau besi. Warnanya kuning keemasan dengan kekerasan 2,5-3 skala Mohs. Bentuk kristal isometric octahedron atau dodecahedron. Specific gravity 15,5-19,3 pada emas murni. Makin besar kandungan perak, makin berwarna keputih-putihan.
Emas merupakan elemen yang dikenal sebagai logam mulia dan komoditas yang sangat berharga sepanjang sejarah manusia. Elemen ini memiliki nomor atom 79 dan nama kimia aurum atau Au. Emas termasuk golongan native element, dengan sedikit kandungan perak, tembaga, atau besi. Warnanya kuning keemasan dengan kekerasan 2,5-3 skala Mohs. Bentuk kristal isometric octahedron atau dodecahedron. Specific gravity 15,5-19,3 pada emas murni. Makin besar kandungan perak, makin berwarna keputih-putihan.
Emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan. Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan larutan hidrotermal, sedangkan pengkonsentrasian secara mekanis menghasilkan endapan letakan (placer). Genesa emas dikatagorikan menjadi dua yaitu endapan primer dan endapan plaser.
Emas terdapat di alam dalam dua tipe deposit, pertama sebagai urat (vein) dalam batuan beku, kaya besi dan berasosiasi dengan urat kuarsa. Lainnya yaitu endapan atau placer deposit, dimana emas dari batuan asal yang tererosi terangkut oleh aliran sungai dan terendapkan karena berat jenis yang tinggi. Emas native terbentuk karena adanya kegiatan vulkanisma, bergerak berdasarkan adanya thermal atau adanya panas di dalam bumi, tempat tembentukan emas primer, sedangkan sekudernya merupakan hasil transportasi dari endapan primer umum disebut dengan emas endapan flaser, sedangkan asosiasi emas atau emas bersamaan hadir dengan mineral silikat, perak, platina, pirit dan lainnya Kenampakan fisik bijih emas hampir mirip dengan pirit, markasit, dan kalkopirit dilihat dari warnanya, namun dapat dibedakan dari sifatnya yang lunak, berat jenis tinggi, dan ceratnya yang keemasan. Emas berasosiasi dengan kuarsa, pirit, arsenopirit, dan perak.
Sifat fisik unsur ini sangat stabil, tidak korosif ataupun lapuk dan jarang bersenyawa dengan unsur kimia lain. Konduktivitas elektrik dan termalnya sangat baik, malleable sehingga dapat dibentuk dan juga bersifat ductile. Emas adalah logam yang paling tinggi densitasnya.
Selain itu, emas sering ditemukan dalam penambangan bijih perak dan tembaga. Penambangan emas dilakukan besar-besaran untuk memenuhi permintaan dunia, diantaranya ditambang di Afsel, Autralia, USA, Meksiko, Brasil, Indonesia, dan negara lainnya. Penggunaan utama emas adalah untuk bahan baku perhiasan dan benda-benda seni. Selain itu, karena konduktif, emas penting dalam aplikasi elektronik. Kegunaan lain ada di bidang fotografi, pigment, dan pengobatan.
Emas terdapat di alam dalam dua tipe deposit, pertama sebagai urat (vein) dalam batuan beku, kaya besi dan berasosiasi dengan urat kuarsa. Lainnya yaitu endapan atau placer deposit, dimana emas dari batuan asal yang tererosi terangkut oleh aliran sungai dan terendapkan karena berat jenis yang tinggi. Emas native terbentuk karena adanya kegiatan vulkanisma, bergerak berdasarkan adanya thermal atau adanya panas di dalam bumi, tempat tembentukan emas primer, sedangkan sekudernya merupakan hasil transportasi dari endapan primer umum disebut dengan emas endapan flaser, sedangkan asosiasi emas atau emas bersamaan hadir dengan mineral silikat, perak, platina, pirit dan lainnya Kenampakan fisik bijih emas hampir mirip dengan pirit, markasit, dan kalkopirit dilihat dari warnanya, namun dapat dibedakan dari sifatnya yang lunak, berat jenis tinggi, dan ceratnya yang keemasan. Emas berasosiasi dengan kuarsa, pirit, arsenopirit, dan perak.
Sifat fisik unsur ini sangat stabil, tidak korosif ataupun lapuk dan jarang bersenyawa dengan unsur kimia lain. Konduktivitas elektrik dan termalnya sangat baik, malleable sehingga dapat dibentuk dan juga bersifat ductile. Emas adalah logam yang paling tinggi densitasnya.
Selain itu, emas sering ditemukan dalam penambangan bijih perak dan tembaga. Penambangan emas dilakukan besar-besaran untuk memenuhi permintaan dunia, diantaranya ditambang di Afsel, Autralia, USA, Meksiko, Brasil, Indonesia, dan negara lainnya. Penggunaan utama emas adalah untuk bahan baku perhiasan dan benda-benda seni. Selain itu, karena konduktif, emas penting dalam aplikasi elektronik. Kegunaan lain ada di bidang fotografi, pigment, dan pengobatan.
Orang sering mengira penampakan pirit sebagai emas, yang kilapnya memang menyerupai emas. Kadang ada yang bertanya, apakah pirit ini emas? Atau apakah pirit ini mengandung emas?.
Pirit dengan rumus kimia FeS2, merupakan salah satu dari jenis mineral sulfida yang umum dijumpai di alam, entah sebagai hasil sampingan suatu endapan hidrotermal ataupun sebagai mineral asesoris dalam beberapa jenis batuan. Tidak ada penciri mineralisasi tertentu jika anda menjumpai pirit, apalagi sedikit. Secara deskriptif, pirit ini mempunyai warna kuning keemasan dengan kilap logam. Jadi, kalau tidak biasa dengan mineral-mineral logam, sering menganggapnya sebagai emas.
Secara struktur kristal, baik pirit dan emas sama-sama kubis, namun sifat dalamnya yang berbeda. Emas lebih mudah ditempa daripada pirit. Kalau dipukul, pirit akan hancur berkeping-keping, sedangkan emas tidak mudah hancur karena lebih mudah ditempa (maleable).
Pirit dengan rumus kimia FeS2, merupakan salah satu dari jenis mineral sulfida yang umum dijumpai di alam, entah sebagai hasil sampingan suatu endapan hidrotermal ataupun sebagai mineral asesoris dalam beberapa jenis batuan. Tidak ada penciri mineralisasi tertentu jika anda menjumpai pirit, apalagi sedikit. Secara deskriptif, pirit ini mempunyai warna kuning keemasan dengan kilap logam. Jadi, kalau tidak biasa dengan mineral-mineral logam, sering menganggapnya sebagai emas.
Secara struktur kristal, baik pirit dan emas sama-sama kubis, namun sifat dalamnya yang berbeda. Emas lebih mudah ditempa daripada pirit. Kalau dipukul, pirit akan hancur berkeping-keping, sedangkan emas tidak mudah hancur karena lebih mudah ditempa (maleable).
Cara yang cukup mudah untuk membedakan emas dengan pirit adalah dengan melihat asahan polesnya di bawah mikroskop. Biasanya di bawah mikroskop pantul, emas tampak berbentuk tak beraturan dibandingkan pirit yang kadang bentuk kubisnya masih tampak. Meskipun sama-sama isotropik, tetapi kecemerlangan emas tidak dapat ditandingi oleh pirit, begitu juga bentuknya. Cara lain yang lebih canggih adalah dengan menganalisis kandungan kimianya, misalnya dengan microprobe atau SEM plus EDX. Dengan cara ini anda bisa memastikan apakah yang anda sebut pirit itu emas atau pirit? Apakah pirit mengandung emas? Mungkin saja emas terdapat di dalam pirit, sebagai yang dikenal dengan istilah refractory gold. Emas ini ukurannya sangat kecil atau sering dikatakan sebagai invisible gold, karena ukurannya <0.1 μm, tidak sanggup dideteksi dengan mikroskop elektron. Emas ini biasanya hadir bersama-sama arsen (arsenian pyrite atau arsenopyrite).
Friday, January 27, 2012
Batuan Metamorf
A. Batuan Metamorf
Batuan metamorf atau yg sering sekali disebut sebagai batuan malihan ini merupakan batuan yang terjadi atau terbentuk dari proses tekanan dan temperatur. Batuan malihan biasanya terjadi setelah keterbentukan batuan beku, batuan sedimen, dan yang terakhir batuan piroklastik.
Pada batuan metamorf dikenal dengan istilah metamorfosa. Metamorfossa merupakan suatu proses pengubahan batuan yang di akibatkan oleh suatu perubahn dari tekanan dan temperatur juga keduanya.
Pada dasarnya ketika pembentukan batuan metamorf dibutuh kan suhu yang sangat besar sekitar 200 oC - 800oC hal ini dikarenakan batuan metamorf akan terbentuk akibat proses metamorfosa sehingga dibutuh kan suhu yang tinggi untuk suatu proses nya.
Untuk menjadi batuan metamorf dibutuhkan suhu yang kurang dari 850 oC itu dikarnakan apabila suatu batuan telah terkena suhu sehingga 850 oC lebih maka batuan tersebut akan kembali menjadi magma. Oleh karena itu keterjadian batuan metamorf selalu dibawah 850 oC. Seperti pada gambar berikut.
Gambar 1
Contoh Daur Geologi
Seperti yang telah diketahui proses metamorfosa megalami rekristalisasi dan tekstur mineral :
Tekanan
Tekanan terbagi menjadi 2 macam yaitu tekanan hidrostatis dan tekanan stress namun stress itu sendiri terbagi menjadi 2 macam Stress mineral (mineral yang tahan terhadap tekanan) sedangkan anti – stress (mineral – mineral yang jarang dijumpai pada bebatuan yang sudah mengalami stress)
Temperatur
Temperatur merupakan suatu perubahan temperatur yang sanagat jauh dan lebih efectif dari pada perubahan tekanan yang berpengaruh pada perubahan mineralogi.
B. Genesa Batuan Metamorf
Seperti yang telah tertera diatas batuan metamorf terjadi akibat proses metamorfosa tanpa air. Namun mengapa bisa tanpa air? Hal ini membuktikan bahwa batuan metamorf terbentuk akibat adanya proses tekanan dan temperatur yang sama – sama tinggi.
Selain itu batuan metamorf merupakan hasil dari ubahan batuan – batuan yang sebelumnya seperti:
Batuan beku
Batuan sedimen
Batuan piroklastik dan epiklastik
Mengapa hal ini dapat terjadi? Itu disebabkan proses pembentukan metamorf sangat memanfaatkan batuan sekitar yang teah ada. Batuan hasil dari pembekuan magma hingga batuan hasil dari proses sedimentasi batuan lainya. Oleh karena itu, dalam batuan metamorf biasanya terbentuk berbagai macam mineral yang terkadang telah ada dari batuan – batuan sebelumnya.
Selain itu proses metamorfosa pada batuan metamorf dapat mempengaruhi minera – mineral yang terkandung didalamnya. Karena sifat dari metamorfosa itu sendiri dapat menimbulka atau menghadirkan mineral – mineral baru apabila suatu batuan terbentuk dengan bantuan dari adanya tekanan dan temperatur.
Biasanya batuan metamorf yang mengalami proses tekanan lebih besar dari proses temperatur selalu dapat dilihat dari bentuknya yang memipih sedangkan batuan yang mengalami perubahan akibat suhu yang besar dapat dilihat dari warnanya yang hitam. Selain itu batuan metamorf dapat terbentuk akibat dari keseimbangan kedua proses tersebut (tekanan dan suhu).
C. Minera Penyusun Batuan Metamorf
Pada intinya mineral metamorf merupakan mineral dari batuan – batuan sebelumnya seperti mineral batuan metamorf yang di dapat dari proses yang secara langsung dari batuan beku ke metamorf. Maka, batuan metamorf tersebut akan banyak mengandung mineral dari batuan beku.
Adapun batuan beku yang terbentuk akibat dari perubahan batuan sedimen. Maka, mineral – mineral yang terkandung didalamnya pun akan banyak mengandung mineral dari batuan sedimen.
Oleh karena itu, batuan metamorf akan memiliki mineral – mineral sebagai berikut:
Kuarsa
Albit
Orthoklas
Biotit
Hornblenda
Kalsit
Dolomit
Namun, selain terdapatnya mineral – mineral bawaan dari batuan sebelumnya batuan metamorfpun memiliki mineral yang dapat menjadi ciri khusus dari batuan metamorf itu sendiri, yang diantaranya:
- Silimanit
- Kyanit
- Andausit
- Garnet
- Klorit
- Talk
- Korondum
- Grafit
- Staurolit
- Epidot
- Wollastonit
D. Klasifikasi Batuan Metamorf
Secara umum batuan metamorf secara perubahan fisiknya dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
- Batuan metamorf thermal
Batuan methamorf jenis ini terbentuk akibat mengalami metamorfosa secara temperatur atau berubah dengan temperatur yang sangat besar bahkan dapat mencapai 200 oC - 800 oC hal ini membuat si batuan menjadi berwarna hangus contoh nya
- Batuan metamorf Dynamo
Batuan ini terbentuk akibat adanya proses penekanan atau tekanan dari permukaan bumi yang akhirnya membuat batuan menjadi lebih padat dan memiliki bentuk yang seperti memipih.
Contoh : Pilite
- Batuan metamorf Regional
Batuan metamorf jenis ini mengalami proses metamorfosa yang bersamaan atau dapat dikatakan batuan tersebut mengalami tekanan yang ukup tinggi yang seimbang dengan penambahan suhu yang cukup tinggi pula. Oleh karena itu, jenis ini memiliki warna dan bentuk yang cukup tanggung, dikarenakan batuan seperti ini memiliki warna yang hampir mendekati batuan metamorf thermal dan juga memiliki bentuk yang mendekati batuan metamorf dynamo.
E. Deskripsi Batuan Metamorf
Pendeskripsian batuan metamorf dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
No Batuan :
Warna Batuan :
Tekstur Batuan :
Struktur Batuan :
Komposisi :
Proses Metamorfisme :
Nama batuan :
Sketsa Gambar :
Batuan metamorf atau yg sering sekali disebut sebagai batuan malihan ini merupakan batuan yang terjadi atau terbentuk dari proses tekanan dan temperatur. Batuan malihan biasanya terjadi setelah keterbentukan batuan beku, batuan sedimen, dan yang terakhir batuan piroklastik.
Pada batuan metamorf dikenal dengan istilah metamorfosa. Metamorfossa merupakan suatu proses pengubahan batuan yang di akibatkan oleh suatu perubahn dari tekanan dan temperatur juga keduanya.
Pada dasarnya ketika pembentukan batuan metamorf dibutuh kan suhu yang sangat besar sekitar 200 oC - 800oC hal ini dikarenakan batuan metamorf akan terbentuk akibat proses metamorfosa sehingga dibutuh kan suhu yang tinggi untuk suatu proses nya.
Untuk menjadi batuan metamorf dibutuhkan suhu yang kurang dari 850 oC itu dikarnakan apabila suatu batuan telah terkena suhu sehingga 850 oC lebih maka batuan tersebut akan kembali menjadi magma. Oleh karena itu keterjadian batuan metamorf selalu dibawah 850 oC. Seperti pada gambar berikut.
Gambar 1
Contoh Daur Geologi
Seperti yang telah diketahui proses metamorfosa megalami rekristalisasi dan tekstur mineral :
Tekanan
Tekanan terbagi menjadi 2 macam yaitu tekanan hidrostatis dan tekanan stress namun stress itu sendiri terbagi menjadi 2 macam Stress mineral (mineral yang tahan terhadap tekanan) sedangkan anti – stress (mineral – mineral yang jarang dijumpai pada bebatuan yang sudah mengalami stress)
Temperatur
Temperatur merupakan suatu perubahan temperatur yang sanagat jauh dan lebih efectif dari pada perubahan tekanan yang berpengaruh pada perubahan mineralogi.
B. Genesa Batuan Metamorf
Seperti yang telah tertera diatas batuan metamorf terjadi akibat proses metamorfosa tanpa air. Namun mengapa bisa tanpa air? Hal ini membuktikan bahwa batuan metamorf terbentuk akibat adanya proses tekanan dan temperatur yang sama – sama tinggi.
Selain itu batuan metamorf merupakan hasil dari ubahan batuan – batuan yang sebelumnya seperti:
Batuan beku
Batuan sedimen
Batuan piroklastik dan epiklastik
Mengapa hal ini dapat terjadi? Itu disebabkan proses pembentukan metamorf sangat memanfaatkan batuan sekitar yang teah ada. Batuan hasil dari pembekuan magma hingga batuan hasil dari proses sedimentasi batuan lainya. Oleh karena itu, dalam batuan metamorf biasanya terbentuk berbagai macam mineral yang terkadang telah ada dari batuan – batuan sebelumnya.
Selain itu proses metamorfosa pada batuan metamorf dapat mempengaruhi minera – mineral yang terkandung didalamnya. Karena sifat dari metamorfosa itu sendiri dapat menimbulka atau menghadirkan mineral – mineral baru apabila suatu batuan terbentuk dengan bantuan dari adanya tekanan dan temperatur.
Biasanya batuan metamorf yang mengalami proses tekanan lebih besar dari proses temperatur selalu dapat dilihat dari bentuknya yang memipih sedangkan batuan yang mengalami perubahan akibat suhu yang besar dapat dilihat dari warnanya yang hitam. Selain itu batuan metamorf dapat terbentuk akibat dari keseimbangan kedua proses tersebut (tekanan dan suhu).
C. Minera Penyusun Batuan Metamorf
Pada intinya mineral metamorf merupakan mineral dari batuan – batuan sebelumnya seperti mineral batuan metamorf yang di dapat dari proses yang secara langsung dari batuan beku ke metamorf. Maka, batuan metamorf tersebut akan banyak mengandung mineral dari batuan beku.
Adapun batuan beku yang terbentuk akibat dari perubahan batuan sedimen. Maka, mineral – mineral yang terkandung didalamnya pun akan banyak mengandung mineral dari batuan sedimen.
Oleh karena itu, batuan metamorf akan memiliki mineral – mineral sebagai berikut:
Kuarsa
Albit
Orthoklas
Biotit
Hornblenda
Kalsit
Dolomit
Namun, selain terdapatnya mineral – mineral bawaan dari batuan sebelumnya batuan metamorfpun memiliki mineral yang dapat menjadi ciri khusus dari batuan metamorf itu sendiri, yang diantaranya:
- Silimanit
- Kyanit
- Andausit
- Garnet
- Klorit
- Talk
- Korondum
- Grafit
- Staurolit
- Epidot
- Wollastonit
D. Klasifikasi Batuan Metamorf
Secara umum batuan metamorf secara perubahan fisiknya dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
- Batuan metamorf thermal
Batuan methamorf jenis ini terbentuk akibat mengalami metamorfosa secara temperatur atau berubah dengan temperatur yang sangat besar bahkan dapat mencapai 200 oC - 800 oC hal ini membuat si batuan menjadi berwarna hangus contoh nya
- Batuan metamorf Dynamo
Batuan ini terbentuk akibat adanya proses penekanan atau tekanan dari permukaan bumi yang akhirnya membuat batuan menjadi lebih padat dan memiliki bentuk yang seperti memipih.
Contoh : Pilite
- Batuan metamorf Regional
Batuan metamorf jenis ini mengalami proses metamorfosa yang bersamaan atau dapat dikatakan batuan tersebut mengalami tekanan yang ukup tinggi yang seimbang dengan penambahan suhu yang cukup tinggi pula. Oleh karena itu, jenis ini memiliki warna dan bentuk yang cukup tanggung, dikarenakan batuan seperti ini memiliki warna yang hampir mendekati batuan metamorf thermal dan juga memiliki bentuk yang mendekati batuan metamorf dynamo.
E. Deskripsi Batuan Metamorf
Pendeskripsian batuan metamorf dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
No Batuan :
Warna Batuan :
Tekstur Batuan :
Struktur Batuan :
Komposisi :
Proses Metamorfisme :
Nama batuan :
Sketsa Gambar :
Batuan Piroklastik
Dimuka bumi ini terdapat berbagai macam jenis batuan yang dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan setiap orang.
Pada dasarnya batuan terbagi atas 4 macam, yaitu:
Batuan beku
Batuan sedimen
Batuan piroklastik
Batuan metamorf
Setiap batuan memiliki pembentukan atau genesanya masing – masing. Namun, yang akan dibahas pada resume kali ini yaitu, berbagaimacam tentang batuan piroklastik.
A. Pembentukan Batuan Piroklastik
Batuan piroklastik merupakan batuan yang tercipta akibat letusan gunung berapi. Batuan piroklastik ini terbentuk akibat diawalinya dengan letusan – letusan dari gunung berapi, yang kemudian gunung berapi tersebut akan mengeluarkan magma atau menyemburkan magma yang bersuhu kurang lebih 850oC.
Ketika magma yang bersuhu sangat panas tersebut tersemburkan ke udara maka suhu magma akan turun secara drastis. Itu dikarnakan suhu magma yang diatas 600oC tersebut akan menyesuaikan dengan suhu lingkunganya yaitu sekitar 25 oC. Oleh karena itu batuan piroklastik dapat terbentuk di udara. Oleh karena itu , batuan piroklastik dapat disebut hampir sama dengan proses keterjadian batuan beku. Karna proses keterbentukanya yang sama – sama langsung terbentuk dari magma yang panas kemudian mendingin.
Proses keterbentukan batuan piroklastik tidak hanya sampai situ saja. Batuan piroklastik akan yang di udara sudah tentu akan turun kepermukaan bumi yaitu tanah. Setelah batuan piroklastik itu jatuh ke tanah maka ia akan mengalami proses pembentukan kembali yang diawali dengan bentuk bongkah maka setelah tertransportasikan kemudian terendapkan dan terlitifikasi maka ia akan mengalami perubahan bentuk menjadi bulatan – bulatan sehingga namanya akan berubah menjadi batuan piroklastik bom.
Namun, dalam dunia geologi batuan – batuan piroklastik yang telah tertransportasikan akan berubah nama menjadi batuan epiklastik. Biasanya batuan epiklastik ini terbat pada daerah – daerah yang rendah, hal itu disebabkan oleh suatu medium yang mentransportasikan batuan piroklastik itu ke daratan – daratan yang lebih rendah. Biasanya batuan epiklastik banyak terdapat disekitar sungai, danau, laut, juga memiliki kemungkinan terdapat dipegunungan.
Secara mekanisme pembentukanya, batuan piroklastik terbagi menjadi 2 maam mekanisme pengendapan, yaitu:
Fall deposit
Fall deposit ini merupakan suatu pengendapan batuan – batuan piroklastik yang dibentuk secara tersusun oleh material yang sanagt halus yang terbawa oleh angin hasil dari letusan gunung berapi.
Flow deposit
Flow deposit merupakan suatu pengendapan batuan piroklastik yang telah terangkut oleh berbagai macam median yang biasanya air di tempat terjadinya suatu campuran dari segala macam bentuk dan ukuran butiran.
Seperti yang telah dikenalkan batuan gunung berapi yang terjadi akibat letusan gunung berapi terdapat 2 macam, yaitu:
Batuan piroklastik
Batuan epiklastik
Agar tidak membingungkan maka sebagai praktikan harus dapat mengetahui apa saja yang dapat membedakan batuan piroklastik dan epiklastik.
Tekstur
Secara tekstur batuan piroklastik selalu memiliki tekstur yang menyudut itu dikarnakan pembentukan batuan piroklastik ini terbentuk secara langung tanpa ada proses transportasi terlebih dahulu. Sedangkan, pada batuan epiklastik. Struktur batuannya akan membulat sampai dengan membulat tanggung itu dikarnakan batuan epiklastik tertransportasikan terlebih dahuli sehingga dapat memiliki bentuk yang membulat.
Selain itu tingkat keseragama butir pada penyusun batuan piroklastik akan sama dikarnakan pembentukan butiran piroklastik terbentuk secara langsung tanpa ada proses yang lain lagi. Sedangkan ukuran butir dari epiklastik akan bervariasi karna telah terjadinya transportasi.
Komposisi
Pada dasarnya komposisi merupakan jumlah material yang terdapat pada suatu batuan. Pada batuan piroklastik material penyusunya terbentuk secara stabil dan tidak stabil. Hal tersebut diakibatkan oleh material – material tersebut terbentuk langsung dari letusan gunung berapi. Sedangkan batuan epiklastik biasanya bahan – bahanya relatif stabil hal in imenunjukan bahwa batua epiklastik meupakan batuan yang terbentuk akibat hasil pertransportasian dari batuan piroklastik.
B. Mineral Penyusun Batuan Piroklastik
Pada dasarnya mineral batuan piroklastik hampir sama dengan mineral batuan beku. Hal ini disebabkan oleh pembentukan kedua batuan tersebut baik batuan beku dan batuan piroklastik merupakan hasil dari pembekuan magma yang secara langsung.
Ada 3 macam mineral penyusun batuan piroklasik ini, yaitu:
Mineral sialis
Mineral Femis
Mineral Tambahan
C. Deskripsi Batuan Piroklastik
Pada dasarnya setiap batuan dapat deskripsikan. Hal tersebut dikarnakan setiap batuan pasti memiliki karakteristik yang berbeda – beda. Adapun untuk pendeskripsian pada batuan piroklastik ini dapat dilakukan dengan secara cermat dengan cara sebagai berikut :
No. Batuan :
Warna Batuan :
Tekstur :
Ukuran Butir :
Bentuk Butir :
Kompaksi :
Struktur Batuan :
Genesa Batuan :
Jenis Batuan :
Nama Batuan :
Sketsa Batuan :
Pada dasarnya batuan terbagi atas 4 macam, yaitu:
Batuan beku
Batuan sedimen
Batuan piroklastik
Batuan metamorf
Setiap batuan memiliki pembentukan atau genesanya masing – masing. Namun, yang akan dibahas pada resume kali ini yaitu, berbagaimacam tentang batuan piroklastik.
A. Pembentukan Batuan Piroklastik
Batuan piroklastik merupakan batuan yang tercipta akibat letusan gunung berapi. Batuan piroklastik ini terbentuk akibat diawalinya dengan letusan – letusan dari gunung berapi, yang kemudian gunung berapi tersebut akan mengeluarkan magma atau menyemburkan magma yang bersuhu kurang lebih 850oC.
Ketika magma yang bersuhu sangat panas tersebut tersemburkan ke udara maka suhu magma akan turun secara drastis. Itu dikarnakan suhu magma yang diatas 600oC tersebut akan menyesuaikan dengan suhu lingkunganya yaitu sekitar 25 oC. Oleh karena itu batuan piroklastik dapat terbentuk di udara. Oleh karena itu , batuan piroklastik dapat disebut hampir sama dengan proses keterjadian batuan beku. Karna proses keterbentukanya yang sama – sama langsung terbentuk dari magma yang panas kemudian mendingin.
Proses keterbentukan batuan piroklastik tidak hanya sampai situ saja. Batuan piroklastik akan yang di udara sudah tentu akan turun kepermukaan bumi yaitu tanah. Setelah batuan piroklastik itu jatuh ke tanah maka ia akan mengalami proses pembentukan kembali yang diawali dengan bentuk bongkah maka setelah tertransportasikan kemudian terendapkan dan terlitifikasi maka ia akan mengalami perubahan bentuk menjadi bulatan – bulatan sehingga namanya akan berubah menjadi batuan piroklastik bom.
Namun, dalam dunia geologi batuan – batuan piroklastik yang telah tertransportasikan akan berubah nama menjadi batuan epiklastik. Biasanya batuan epiklastik ini terbat pada daerah – daerah yang rendah, hal itu disebabkan oleh suatu medium yang mentransportasikan batuan piroklastik itu ke daratan – daratan yang lebih rendah. Biasanya batuan epiklastik banyak terdapat disekitar sungai, danau, laut, juga memiliki kemungkinan terdapat dipegunungan.
Secara mekanisme pembentukanya, batuan piroklastik terbagi menjadi 2 maam mekanisme pengendapan, yaitu:
Fall deposit
Fall deposit ini merupakan suatu pengendapan batuan – batuan piroklastik yang dibentuk secara tersusun oleh material yang sanagt halus yang terbawa oleh angin hasil dari letusan gunung berapi.
Flow deposit
Flow deposit merupakan suatu pengendapan batuan piroklastik yang telah terangkut oleh berbagai macam median yang biasanya air di tempat terjadinya suatu campuran dari segala macam bentuk dan ukuran butiran.
Seperti yang telah dikenalkan batuan gunung berapi yang terjadi akibat letusan gunung berapi terdapat 2 macam, yaitu:
Batuan piroklastik
Batuan epiklastik
Agar tidak membingungkan maka sebagai praktikan harus dapat mengetahui apa saja yang dapat membedakan batuan piroklastik dan epiklastik.
Tekstur
Secara tekstur batuan piroklastik selalu memiliki tekstur yang menyudut itu dikarnakan pembentukan batuan piroklastik ini terbentuk secara langung tanpa ada proses transportasi terlebih dahulu. Sedangkan, pada batuan epiklastik. Struktur batuannya akan membulat sampai dengan membulat tanggung itu dikarnakan batuan epiklastik tertransportasikan terlebih dahuli sehingga dapat memiliki bentuk yang membulat.
Selain itu tingkat keseragama butir pada penyusun batuan piroklastik akan sama dikarnakan pembentukan butiran piroklastik terbentuk secara langsung tanpa ada proses yang lain lagi. Sedangkan ukuran butir dari epiklastik akan bervariasi karna telah terjadinya transportasi.
Komposisi
Pada dasarnya komposisi merupakan jumlah material yang terdapat pada suatu batuan. Pada batuan piroklastik material penyusunya terbentuk secara stabil dan tidak stabil. Hal tersebut diakibatkan oleh material – material tersebut terbentuk langsung dari letusan gunung berapi. Sedangkan batuan epiklastik biasanya bahan – bahanya relatif stabil hal in imenunjukan bahwa batua epiklastik meupakan batuan yang terbentuk akibat hasil pertransportasian dari batuan piroklastik.
B. Mineral Penyusun Batuan Piroklastik
Pada dasarnya mineral batuan piroklastik hampir sama dengan mineral batuan beku. Hal ini disebabkan oleh pembentukan kedua batuan tersebut baik batuan beku dan batuan piroklastik merupakan hasil dari pembekuan magma yang secara langsung.
Ada 3 macam mineral penyusun batuan piroklasik ini, yaitu:
Mineral sialis
Mineral Femis
Mineral Tambahan
C. Deskripsi Batuan Piroklastik
Pada dasarnya setiap batuan dapat deskripsikan. Hal tersebut dikarnakan setiap batuan pasti memiliki karakteristik yang berbeda – beda. Adapun untuk pendeskripsian pada batuan piroklastik ini dapat dilakukan dengan secara cermat dengan cara sebagai berikut :
No. Batuan :
Warna Batuan :
Tekstur :
Ukuran Butir :
Bentuk Butir :
Kompaksi :
Struktur Batuan :
Genesa Batuan :
Jenis Batuan :
Nama Batuan :
Sketsa Batuan :
Batuan Sedimen
1. Genesa Batuan Sedimen
Batuan sedimen merupakan batuan yang terbentuk dari batuan – batuan beku ataupun batuan metamorf yang telah ada yang terbentuk akibat prosesnya yang secara mekanis ataupun kimiawi.
Secara keterbentukanya batuan sedimen ini terbentuk akibat proses pelapukan dimana batuan – batuan yang telah ada akan terlapukan atau bisa jadi ter-erosikan baik secara mekanis, kimiawi ataupun biologis.
Pengertia pelapukan tersebut ialah proses perusakan atau penghancuran kulit bumi oleh tenaga eksogen atau oleh lingkungan sekitar pada batuan . Atau dapat juga diartikan, pelapukan merupakan proses-proses alami yang menghancurkan batuan.
Pelapukan itu sendiri dibagi menjadi 3 macam, yaitu:
Pelapukan Mekanis
Pelapukan Kimiawi
Pelapukan Biologis
Pelapukan secara mekanis merupakan proses pelapukan yang diakibatkan oleh proses fisika. Pada proses ini batuan akan mengalami perubahan fisik baik bentuk ataupun ukranya.
Pelapukan ini disebut juga pelapukan mekanik sebab prosesnya berlangsung secara mekanik. Adapun penyebeb keterjadianya adalah:
Adanya perbedaan temperatur yang tinggi.
Pelapukan ini terutama terjadi di daerah yang beriklim kontinental atau beriklim gurun. Pada siang hari bersuhu panas maka batuan menjadi mengembang, pada malam hari saat udara menjadi dingin, batuan mengerut, hal ini dapat mengakibatkan batuan pecah atau retak-retak.
Adanya pembekuan air didalam batuan.
Pelapukan Adapun pembekuan air di dalam batuan.
Pelapukan ini terjadi didaerah yang beriklim tropis sedan.
Jika aor membeku maka volume nya akan mengembang dan menyebabkan tekanan, karena tekanan ini batu-batuan menjadi rusak atau pecah.
Berubahnya air garam menjadi kristal
Pelapukan ini terjadi di daerah pantai. Jika tanah mengandung garam, maka pada siang harinya airnya menguap dan garam akan mengkristal, dan kristal garam ini merusak batuan.
Pelapukan secara kimiawi merupakan pelapukan yang menghancurkan masa batuan yang disertai perubahan struktur kimiawinya. pelapukan yang menghancurkan masa batuan yang disertai perubahan struktur kimiawinya. Pelapukan ini berlangsung dengan batuan air dan suhu yang tinggi. Air yang banyak mengandung CO2 (Zat asam arang) dapat dengan mudah melarutkan batu kapur (CACO2). Peristiwa ini merupakan pelarutan dan dapat menimbulkan gejala karst. Di Indonesia pelapukan yang banyak terjadi adalah pelapukan kimiawi, hal ini karena di Indonesia banyak turun hujan. Air hujan inilah yang memudahkan terjadinya pelapukan kimiawi.
Pelapukan Organik merupakan pelapukan yang disebabkan oleh makhluk hidup. Penyebabnya adalah proses organisme yaitu binatang, tumbuhan dan manusia.
Lalu setelah terlapukan batuan – batuan tersebut akan tertransportasikan dari hulu kehilir atau bisa dalam bahasa sehari-harinya dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah, kemudian batuan – batuan itu akan terndapkan dan secara perlahan akan terkompakan.
Namun, ketika pengompakan batuan akan terjadi pada saat ada batuan yang sudah tertranportasikan dan terendapkan ada pada intinya batuan tertransportasikan tidak sekaligus banyak sehingga pengompakan batuan pun akan bertahap sehingga akan terjadi sepperti lapisan pada batuan ketika terjadinya pengompakan dan setelah itu batuanpun terlitifikasi atau dengan katalain pembatuan (proses menjadi batu).
2. Mineral Penyusun Batuan Sedimen
Mineral yang menyusun batuan – batuan sedimen sebenarnya hampir sama dengan mineral – mineral penyusun batuan beku. Hal ini disebabkan oleh karena tidak semua mineral yang terdapat pada batuan beku terubah susunan kimianya , yang sehingga mineral itu akan tetap bertahan sampai terselesaikan kegiatan pengendapanya pada batuan.
Mineral mineral yang bertahan dan baru itu adalah sebagai berikut:
Mineral kursa
Mineral felspar
Mineral mika
Mineral berat
Mineral lempung
Mineral oksida besi dan alumina
Mineral karbonat
Mineral siikat
Mineral silika, dll.
3. Pengelompokan Batuan Sedimen
Pada dasarnya batuan sedimen ini terbentuk atau tergolongkan atas 2 macam yaitu non klastik dan klastik.
Batuan sedimen klastik merupakan batuan yang terbentuk akibat prosedur – prosedur yang seharusnya sesuai dengan kehendak alam. Keterbentukan semua terjadi karna proses alamiah tidak secara buatan atau tidak di buat - buat. Sedangkan batuan non klastik merupakan batuan yang terjadi akibat proses kimia yang terjadi akibat lingkungan sekitarnya baik hal itu terjadi karna faktor alam seperti hujan yang mengandung unsur – unsur kimia yang dapat mengubah batuan tersebut ataupun oleh ulah manusia yang sengaja mencampurkan bahan kimia untuk proses pembatuan pada batuan sedimen.
Selain itu batuan sedimen terjadi akibat proses – proses sebagai berikut:
Adanya reaksi – reaksi kimia yang berlangsung
Adanya penghabluran dari larutan – larutan yang jenuh, misalnya kadar garam yang tinggi pada suhu danau.
Oleh proses biokimia yang disebabkan oleh aktivitas organisme yang ada pada pengendaan / pembentukan batuan sedimen yang organik.
4. Tekstur dan Struktur Batuan Sedimen
Tekstur batuan sedimen dapat dipelajari dari berbagai macam aspek, seperti : Besar butir, Pemilahan, Kebulatan, kemas, porositas, kekompakan, semen dan masa dasar.
Namun struktur batuan sedimen itu sendiri dibagi menjadi 4 bagian, yaitu:
Perlapisan
Perlapisan bersusun
Perlapisan silang siur
Gelembur gelombang
5. Deskrisi Batuan Sedimen
Untuk mendeskripsikan batuan sedimen tidak lah sulit, karena batuan sedimen dapat di deskripksikan dengan cara mencari tahu klasifikasinya.
Maka dengan demikian klasifikasinya dapat dilihat sebagai berikut:
No Batuan :
Warna Batuan :
Tekstur
Ukuran Butir :
Bentuk Butir :
Porositas :
Pemilahan :
Kekompakan :
Kemas :
Semen :
Matrik :
Sifat Butir :
Kekerasan Mineral :
Reaksi Hcl :
Struktur Batuan :
Jenis Batuan :
Genesa Batuan :
Sketsa Gambar Batuan :
Maka dengan demikian proses pengklasifikasian data batuan beku pun bisa dilakukan dengan kata lain untuk mendeskripsikan batuan beku sudah tidak memiliki masalah lagi.
Batuan sedimen merupakan batuan yang terbentuk dari batuan – batuan beku ataupun batuan metamorf yang telah ada yang terbentuk akibat prosesnya yang secara mekanis ataupun kimiawi.
Secara keterbentukanya batuan sedimen ini terbentuk akibat proses pelapukan dimana batuan – batuan yang telah ada akan terlapukan atau bisa jadi ter-erosikan baik secara mekanis, kimiawi ataupun biologis.
Pengertia pelapukan tersebut ialah proses perusakan atau penghancuran kulit bumi oleh tenaga eksogen atau oleh lingkungan sekitar pada batuan . Atau dapat juga diartikan, pelapukan merupakan proses-proses alami yang menghancurkan batuan.
Pelapukan itu sendiri dibagi menjadi 3 macam, yaitu:
Pelapukan Mekanis
Pelapukan Kimiawi
Pelapukan Biologis
Pelapukan secara mekanis merupakan proses pelapukan yang diakibatkan oleh proses fisika. Pada proses ini batuan akan mengalami perubahan fisik baik bentuk ataupun ukranya.
Pelapukan ini disebut juga pelapukan mekanik sebab prosesnya berlangsung secara mekanik. Adapun penyebeb keterjadianya adalah:
Adanya perbedaan temperatur yang tinggi.
Pelapukan ini terutama terjadi di daerah yang beriklim kontinental atau beriklim gurun. Pada siang hari bersuhu panas maka batuan menjadi mengembang, pada malam hari saat udara menjadi dingin, batuan mengerut, hal ini dapat mengakibatkan batuan pecah atau retak-retak.
Adanya pembekuan air didalam batuan.
Pelapukan Adapun pembekuan air di dalam batuan.
Pelapukan ini terjadi didaerah yang beriklim tropis sedan.
Jika aor membeku maka volume nya akan mengembang dan menyebabkan tekanan, karena tekanan ini batu-batuan menjadi rusak atau pecah.
Berubahnya air garam menjadi kristal
Pelapukan ini terjadi di daerah pantai. Jika tanah mengandung garam, maka pada siang harinya airnya menguap dan garam akan mengkristal, dan kristal garam ini merusak batuan.
Pelapukan secara kimiawi merupakan pelapukan yang menghancurkan masa batuan yang disertai perubahan struktur kimiawinya. pelapukan yang menghancurkan masa batuan yang disertai perubahan struktur kimiawinya. Pelapukan ini berlangsung dengan batuan air dan suhu yang tinggi. Air yang banyak mengandung CO2 (Zat asam arang) dapat dengan mudah melarutkan batu kapur (CACO2). Peristiwa ini merupakan pelarutan dan dapat menimbulkan gejala karst. Di Indonesia pelapukan yang banyak terjadi adalah pelapukan kimiawi, hal ini karena di Indonesia banyak turun hujan. Air hujan inilah yang memudahkan terjadinya pelapukan kimiawi.
Pelapukan Organik merupakan pelapukan yang disebabkan oleh makhluk hidup. Penyebabnya adalah proses organisme yaitu binatang, tumbuhan dan manusia.
Lalu setelah terlapukan batuan – batuan tersebut akan tertransportasikan dari hulu kehilir atau bisa dalam bahasa sehari-harinya dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah, kemudian batuan – batuan itu akan terndapkan dan secara perlahan akan terkompakan.
Namun, ketika pengompakan batuan akan terjadi pada saat ada batuan yang sudah tertranportasikan dan terendapkan ada pada intinya batuan tertransportasikan tidak sekaligus banyak sehingga pengompakan batuan pun akan bertahap sehingga akan terjadi sepperti lapisan pada batuan ketika terjadinya pengompakan dan setelah itu batuanpun terlitifikasi atau dengan katalain pembatuan (proses menjadi batu).
2. Mineral Penyusun Batuan Sedimen
Mineral yang menyusun batuan – batuan sedimen sebenarnya hampir sama dengan mineral – mineral penyusun batuan beku. Hal ini disebabkan oleh karena tidak semua mineral yang terdapat pada batuan beku terubah susunan kimianya , yang sehingga mineral itu akan tetap bertahan sampai terselesaikan kegiatan pengendapanya pada batuan.
Mineral mineral yang bertahan dan baru itu adalah sebagai berikut:
Mineral kursa
Mineral felspar
Mineral mika
Mineral berat
Mineral lempung
Mineral oksida besi dan alumina
Mineral karbonat
Mineral siikat
Mineral silika, dll.
3. Pengelompokan Batuan Sedimen
Pada dasarnya batuan sedimen ini terbentuk atau tergolongkan atas 2 macam yaitu non klastik dan klastik.
Batuan sedimen klastik merupakan batuan yang terbentuk akibat prosedur – prosedur yang seharusnya sesuai dengan kehendak alam. Keterbentukan semua terjadi karna proses alamiah tidak secara buatan atau tidak di buat - buat. Sedangkan batuan non klastik merupakan batuan yang terjadi akibat proses kimia yang terjadi akibat lingkungan sekitarnya baik hal itu terjadi karna faktor alam seperti hujan yang mengandung unsur – unsur kimia yang dapat mengubah batuan tersebut ataupun oleh ulah manusia yang sengaja mencampurkan bahan kimia untuk proses pembatuan pada batuan sedimen.
Selain itu batuan sedimen terjadi akibat proses – proses sebagai berikut:
Adanya reaksi – reaksi kimia yang berlangsung
Adanya penghabluran dari larutan – larutan yang jenuh, misalnya kadar garam yang tinggi pada suhu danau.
Oleh proses biokimia yang disebabkan oleh aktivitas organisme yang ada pada pengendaan / pembentukan batuan sedimen yang organik.
4. Tekstur dan Struktur Batuan Sedimen
Tekstur batuan sedimen dapat dipelajari dari berbagai macam aspek, seperti : Besar butir, Pemilahan, Kebulatan, kemas, porositas, kekompakan, semen dan masa dasar.
Namun struktur batuan sedimen itu sendiri dibagi menjadi 4 bagian, yaitu:
Perlapisan
Perlapisan bersusun
Perlapisan silang siur
Gelembur gelombang
5. Deskrisi Batuan Sedimen
Untuk mendeskripsikan batuan sedimen tidak lah sulit, karena batuan sedimen dapat di deskripksikan dengan cara mencari tahu klasifikasinya.
Maka dengan demikian klasifikasinya dapat dilihat sebagai berikut:
No Batuan :
Warna Batuan :
Tekstur
Ukuran Butir :
Bentuk Butir :
Porositas :
Pemilahan :
Kekompakan :
Kemas :
Semen :
Matrik :
Sifat Butir :
Kekerasan Mineral :
Reaksi Hcl :
Struktur Batuan :
Jenis Batuan :
Genesa Batuan :
Sketsa Gambar Batuan :
Maka dengan demikian proses pengklasifikasian data batuan beku pun bisa dilakukan dengan kata lain untuk mendeskripsikan batuan beku sudah tidak memiliki masalah lagi.
Subscribe to:
Posts (Atom)