BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Indoensia merupakan
Negara yang kaya akan bahan galian industri dimana sektor pertambangan merupakan
salah satu sektor yang sangat penting dalam pemasukan devisa yang besar bagi negara. Bahan galian adalah
bijih (ore), mineral industri
(industrial minerals) atau bahan galian Golongan C dan batu bara (coal). Pengolahan bahan galian
(mineral beneficiation/mineral processing/mineral dressing) adalah suatu proses
pengolahan dengan memanfaatkan perbedaan-perbedaan sifat fisik bahan galian
untuk memperoleh produkta bahan galian yang bersangkutan.
Salah satu bahan galian yang berpotensi besar
di Indonesia adalan timah. Adapun penghasil timah
di dunia diantaranya Nigeria,Thailand,dan Bolivia. Adapun penghasil timah
terbesar di dunia berturut-turut Malaysia (35%), Indonesia (20%) & Bolivia
(10%). Indonesia merupakan penghasil timah terbesar ke-2 setelah Malaysia. Timah adalah logam
berwarna putih keperakan, dengan kekerasan yang rendah, berat jenis 7,3 g/cm3,
serta mempunyai sifat konduktivitas panas dan listrik yang tinggi. Dalam
keadaan normal ( 13–1600°C ), logam ini bersifat mengkilap dan mudah dibentuk. Timah
terbentuk sebagai endapan primer pada batuan granit dan pada daerah sentuhan
batuan endapan metamorf yang biasanya berasosiasi dengan turmalin dan urat
kuarsa timah, serta sebagai endapan sekunder, yang di dalamnya terdiri dari
endapan alluvium, elluvial, dan koluvium. Persebaran timah di
Indonesia terdapat di daerah Kepulauan Riau, Pulau Bangka, Pulau Belitung, Pulau Singkep, dan Pulau Karimun atau persebaran timah
mengikuti the south east tin belt ( jalur timah Asia Tenggara ).
Pada makalah ini
penulis akan membahas tentang keterjadian timah, sebaran timah, jenis endapan
timah, mineral yang berasosiasi dengan timah. Dalam makalah ini penulis akan
mengkaji masalah timah dari keterbentukan sampai pemanfaatannya.oleh karena itu
dalam penjelasan tentang timah akan di bahas pada pembahasan berikutnya.
1.2
Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Adapun maksud dari makalah ini adalah untuk menambah
ilmu pengetahuan tentang terbentunya genesa bahan galian terutama keterbentukan
timah serta untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Genesa bahan Galian.
1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah:
·
Untuk
mengetahui keterbentukan(genesa) timah.
·
Untuk
mengetahu jenis-jenis endapan timah
·
Untuk
mengetahui jenis-jenis mineal utama timah dan mineral asosiasi timah.
·
Untuk
mengetahui manfaat dari timah.
·
BAB II
LANDASAN
TEORI
2.1
Geologi
Umum
Indonesia merupakan
salah penghasil timah, yang terletak pada jalur timah Asia Tenggara ( the south east tin belt ). Jalur ini
dimulai dari Birma, Thailand, semenanjung Malaysia, hingga indonesia. Jalur
timah Asia Tenggara ini di Indonesia 2/3 bagiannya terdapat di dasar laut,
dengan sisa-sisa daratan berupa sederetan pulau-pulau yang bertebaran dari arah
barat laut pulau Karimun, Kundur, Singkep, Bangka, hingga Belitung dan jejak
granit terakhir terdapat di pulau Karimata di timur pulau Belitung. Secara geografis
gugusan kepulauan tersebut terletak diantara 980 – 1100 T
dan 30 U – 90 S.
Endapan alluvial yang
terbentang sepanjang Jalur Timah Indonesia (Indonesia
Tin Belt), dari kepulauan Karimun dan Kundur di sebelah barat daya serta
Pulau Bangka dan Belitung di sebelah tenggara dari Jalur Timah Asia Tenggara (South East Asian Tin Belt) yang
terbentang sepanjang ± 3000 Km dari Myanmar bagian utara sampai dengan
Indonesia bagian selatan.“Tin Mayor South
East Asian Tin Belt”, dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :
a.
Sabuk
timah bagian barat (Western Range)
Pada “western range”,
terdapat 2 jenis granit yaitu tipe I dan
tipe S. Granit ini umumnya mempunyai butir granular walaupun kadang ditemukan juga megakristal hornblend.
Sebagian besar granit mempunyai tipe I, namun demikian beberapa granit tipe S
juga dijumpai.
b.
Sabuk timah bagian tengah ( Main Range)
Granit tipe “main range “, umumnya mempunyai
ciri-ciri : megakristal (terutama K-Feldspar) dan terjadi mineralisasi timah
serta mineral asosiasinya seperti monasit dan wolframit. Granit ini umumnya
terdiri atas granit biotit dan granit muskovit yang semuanya merupakan tipe
sedimen tipe S, diperkirakan umurnya Trias.
c.
Sabuk
timah bagian timur (Eastern Range)
Granit tipe “eastern range”, mempunyai komposisi
bervariasi dari diorite, gabro, monzogabro, dan granit. Pada granit ini umumnya
ditemukan megakristal hornblend. Granit yang dijumpai adalah tipe I. Umurnya diperkirakan Permo-Trias.
2.2
Geomorfologi
Secara fisiografsis daerah pulau Bangka termasuk dalam paparan sunda (
Sunda craton ) yang telah mengalami perataan pada tahap yang sangat tua, karena
daerahnya hampir rata dan merupakan bagian dari mandala Indonesia barat yang
dicirikan oleh struktur yang sedehana dan merupakan paparan dengan kedalaman
kurang dari 200m dari permukaan laut ( Van Bemmelen,1949).
Paparan Sunda membentuk tepi kontinen yang kurang stabil, dikelilingi oleh
sistem busur vulkanik Sunda. Ini dikonsolidasikan oleh orogenesa yang terjadi
di daerah ini pada Palaesoikum Muda – Mesosoikum Tua. Siklus diatrofisma ini
berawal di kepulauan Anambas dan menyebar ke arah timur laut ke Natuna dan ke
arah barat daya ke kepulauan Riau dan Bangka Belitung.
Secara morfologis daerah pulau
Bangka sangat dipengaruhi oleh jenis batuan dan struktur geologinya. Bentang
umum pulau bangka pada umumnya relatif datar sampai hampir datar ( peneplain ) yang merupakan hasil proses
pelapukan yang ditutupi endapan alluvial yang berumur kuarter dan bukit
sisa-sisa batuan beku ( granit ). Dengan stadia geomorfologi tahap lanjut, yang
dicirikan mulai tersingkapnya lapisan batuan dasar dan keadaan morfologi yang
diukur atau hampir datar dengan lembah. Lembah- lembah tersebut terisi material
sedimen. Sistem aliran sungai antara lain membentuk pola dendritik.
2.3
Stratigrafi
Formasi yang tertua yang
tersingkap di pulau Bangka adalah berumur Permokarbon yang merupakan batuan
derajat rendah yang terdiri dari batuan sedimen antara lain : batuan pasir,
batu lempung, lanau, dan batu gamping yang diterobos granit biotite. Di daerah
daratan pulau Bangka tidak dijumpai adanya endapan tersier, dan diatas endapan
Mesozoikum langsung di endapkan pada endapan kuarter. Sedangkan dilaut dapat
dijumpai adanya endapan tersier yang berumur meosen- pliosen yaitu formasi
ranggam yang terdapat disekitar laut ranggam
Adapun urutan stratigrafi
yang dijumpai dengan urutan dari muda ketua adalah :
a.
Formasi Alluvium (Qa).
Formasi ini terdiri dari bongkah, kerakal, kerikil, pasir, lempung, lumpur
dan gambut. Pada bagian selatan Pulau Bangka, formasi ini terdapat sebagai
endapan sungai, rawa dan pantai menutupi ketida
selarasan batuan yang lebih tua. Satuan ini berumur Holosen. U Koko (1984)
mengemukakan salah satu bagian dari formasi alluvium ini adalah gravel yang
kaya akan timah dengan ketebalan mencapai 2 meter, bentuk butir menyudut
tanggung, mengandung fosil kayu, fosil buah-buahan dan fosil cangkang. Formasi ini diperkirakan berumur Tersier Atas sampai
Kuarter.
b.
Formasi Ranggam (TQr)
Formasi Ranggam merupakan perselingan batupasir, batulempung dan
batulempung tufaan dengan sisipan tipis batulanau dan bahan organik; berlapis
baik, struktur sedimen berupa perairan sejajar dan perlapisan silang siur,
tebal 150 m
Formasi Ranggam berumur Pliosen. Fosil yang dijumpai
antara lain moluska, Amonia sp., Quinqueloculina sp., dan Trilocullina sp., dan menunjukkan umur
relatif tidak tua dari Milosen Akhir.
c.
Formasi Tanjung Genting
(TRt)
Formasi ini terdiri dari perselingan batupasir malihan, batupasir, batupasir
lempungan dan batulempung dengan lensa batugamping, setempat dijumpai oksida
besi. Berlapis baik, terlipat kuat, terkekarkan dan tersesarkan, tebalnya
antara 250 – 1.250 m. Lingkungan pengendapan diperkirakan laut dangkal, berumur
Trias.
Lokasi tipe terdapat di Tanjung Genting dan dapat
dikorelasikan dengan Formasi Bintan.
d.
Formasi Granit Klabat (TR Jkg)
Formasi ini terdiri dari granit, granodiorit, diorit kurasa, formasi ini terdiri dari Granit biotit, Granodiorit dan Granit genesan.
Granit biotit berwarna kelabu, tekstur porfiritik, dengan butiran
kristal-kristal berukuran sedang-kasar, fenokris felspar panjangnya mencapai 4
cm dan memperlihatkan struktur foliasi. Granodiorit berwarna putih kotor,
berbintik hitam. Granit genesan berwarna kelabu dan berstruktur perdaunan.Umur
satuan Granit berumur ± 228 juta tahun yang lalu ini adalah Trias Akhir-Yura Awal dan
menerobos Formasi Tanjung Genting dan Kompleks Malihan Pemali.
e.
Formasi Kompleks Pemali
(CPp)
Formasi batuan di bagian utara terdiri dari filit dan sekis dengan sisipan
kuarsit dan lensa batugamping, terkekarkan, terlipatkan, tersesarkan dan
diterobos oleh Granit Klabat (TR Jkg). Formasi batuan di
bagian selatan terdiri dari filit, sekis dan kuarsit. Umur satuan ini tidak
diketahui dengan pasti tetapi diduga Perem atau Karbon (Cissar dan Baum dalam Osberger, 1965).
f.
Formasi Diabas
Penyambung (DPp)
Formasi ini terdiri dari diabas yang terkekarkan dan tersesarkan, diterobos
oleh Granit Klabat (TR Jkg) dan menerobos Kompleks Malihan Pemali (CPp). Umur diperkirakan Perem.
Jadi, stratigrafi regional Pulau Bangka dibagi menjadi enam formasi,
berurutan dari berumur paling tua sampai berumur muda yaitu : Formasi Kompleks Pemali, Formasi Diabas Penyambung,
Formasi Tanjung Genting, Formasi Granit Klabat, Formasi Ranggam dan Formasi
Alluvium berdasarkan(Osberger 1965).
2.4
Struktur Geologi
Batuan yang terdapat
pada pulau bangka pada umumnya terlipat kuat dengan lurus yang berarah timur
barat dengan kemiringan curam. Struktur geologi regional yang dijumpai yaitu :
sesar naik, sesar geser, sesar normal, lipatan, kekar dan kelurusan yang
terjadi pada batuan Perm dan Trias. Lipatan berupa sinklin dan antiklin. Pola
sesar yang berarah utara selatan merupakan fase sesar yang paling muda.
Perlapisan sebagian besar terdiri hampir tegak, dengan sudut kemiringan
antara 700 sampai dengan 900. Arah lapisan tidak sama
disemua tempat, dibagian utara Bangka perlapisan berarah timur laut – barat
daya yang disebabkan adanya perlapisan silang, sedangkan bagian timur laut
bangka dengan arah utara N 1200 E, dan Bangka Tengah dengan arah N 900 E
.
2.5
Genesa Timah
Secara umum endapan
timah di pulau Bangka berdasarkan genesanya terdiri dari endapan timah primer
dan endapan timah sekunder. Genesa endapan timah primer terbentuk akibat dari
intrusi batuan granit biotite , dan pada daerah kontak batuan endapan
malihan biasanya berasosiasi dengan
tourmaline dan urat kuarsa timah pada zaman Triasic atas. Proses terbentuknya
bermula dari adanya tekanan panas dari dalam bumi (Pneumatik hydrothermal) yang
menyebabkan cairan magma yang bersifat asam mengandung gas SnF4 menerobos dan mengisi celah-celah
rekahan, kemudian kontak dengan lapisan tanah penutup yang berupa pasir, lanau,
ataupun schist dan membeku secara perlahan-lahan maka terjadilah reaksi kimia dasar yang membentuk endapan timah primer.
SnF4 +
2H2O → SnO2 +
4HF
SnCl4 +
2H2O → SnO2 +
4Cl
SnO2 yang
dikenal dengan kasiterite, merupakan senyawa Sn yang utama. Seiring proses pembekuan mulailah terbentuk
mineral-mineral ikutan, seperti : monazite (CeLaYTh), ilmenite (FeTiO3),
xenotime (YPO4), zircon (ZrSiO4), tourmaline (HgAl3(BOH)),
dan sebagainya. Dalam proses kelanjutan
dialam tropis yang panas dan lembab akan terjadi proses pelapukan, baik
secara mekanik ataupun kimiawi yang kemudian berlanjut dengan proses erosi.
Hasil pelapukan tersebut diangkut oleh air hujan lewat sungai-sungai dan
terendapakan sepanjang aliran sungai dan lembah. Kasiterite sebagai mineral
berat akan terendapkan lebih dulu, sedangkan kwarsa, zircon, monazite,
ilmenite, dan xenotime sebagai mineral yang lebih ringan akan mengendap
kemudian.
Proses pengendapan yang menghasilkan
timah sekunder dapat dibagi tiga tahapan, yaitu :
Ø Tahapan Pendahuluan (
Early Stage )
Terbentuk karena
proses pelapukan kimiawi yang dilanjutkan dengan proses pengendapan. Pada tahap
ini terbentuk Primitive Placer Deposit yang pada umumnya diketemukan pada kedalaman 0 – 10
meter dari permukaan tanah. Primitive
Placer Deposit terdiri dari:
a.
Residual Deposit, adalah endapan yang terjadi akibat pelapukan batu
induk dan tidak mengalami pengangkutan.
b.
Elluvial Deposit, adalah endapan hasil pelapukan yang dilakukan oleh air
hujan tetapi belum diangkut oleh air
hujan.
c.
Colluvial Deposit, adalah endapan hasil pelapukan yang terjadi akibat
peluncuran tanah, tetapi pada suatu tempat yang agak rata terhenti, lalu
diikuti oleh proses pengayaan
d.
Kaksa, adalah endapan biji
timah yang langsung berada diatas batuan dasar.
Ø T Tahapan Pertengahan (
Middle Stage )
Pada tahap ini mineral
yang telah lapuk diangkut dan diendapkan sehigga membentuk endapan alluvial
yang biasa diketemukan pada kedalaman kurang dari 30 m. Endapan alluvial
tersebut meliputi:
a.
Mincan, adalah endapan timah yang berada diantara dua over
burden dan membuat seolah-olah orebody ini melayang.
b.
Kaksa, adalah endapan bijih timah yang langsung berada diatas
batuan dasar ( granit).
Ø Tahapan Lanjut ( Advanced stage )
Pada tahap ini
material yang diangkut dan diendapkan mengalami proses pengendapan kembali
akibat perubahan muka air laut selama masa Pleistosen, sehingga membenuk Modern
Placer Deposite yang meliputi
antara lain :
a.
Alluvial Deposite, adalah endapan yang
telah mengalami transportasi yang relatif jauh, baik yang disebabkan oleh air
hujan maupun oleh aliran sungai yang kemudian diendapkan didaerah lembah
sungai. Ciri dari bentuknya ,mempunyai butiran yang halus dan membulat.
b.
Beach Deposite, adalah endapan hasil pelapukan yang diangkut oleh air hujan
dan aliran air sungai, lalu diendapkan dipantai dengan bantuan ombak laut.
Lapisan endapan kaksa ini
biasanya terdapat pada lembah - lembah sungai purba, dimana merupakan hasil
erosi pada granit. Tipe-tipe
endapan timah kaksa antara lain:
a.
Endapan Kaksa Dangkal,
yaitu dengan kedalaman maksimal 5 meter, ketebalan lapisan tanah penutup
sekitar 3 meter dan ketebalan lapisan timah 2 meter.
b.
Endapan
Kaksa Agak Dalam, yaitu dengan kedalaman 3 – 13 meter, ketebalan lapisan tanah
penutup sekitar 10 meter dan ketebalan lapisan timah 3 meter.
c.
Endapan
Kaksa Dalam, yaitu dengan ketebalan 10 – 20 meter, ketebalan lapisan tanah penutup
sekitar 15 meter dan ketebalan lapisan timah 5 meter,.
d.
Endapan
Kaksa Sangat Dalam, yaitu dengan ketebalan < 20 meter, ketebalan lapisan tanah
penutup sekitar 30 meter dan ketebalan lapisan timah 10 meter.
Endapan alluvium muda yang mengandung lapisan timah mincan juga dijumpai di
daerah Bemban dengan penyebarannya sesuai dengan arah lembah. Endapan ini sering terdapat pada atas endapan alluvium tua. Ciri khas
endapan ini adalah kandungan bahan organik yang berwarna hitam dan bersifat
humus, terdapat pada jenis tanah lempungan atau pasir lepas. Pasir ini berbutir
kasar tetapi jarang dijumpai fragmen-fragmen yang berukuran gravel,
2.6 Mineral Utama dan Mineral Asosiasinya
Di Pulau Bangka
mineralisasi berlangsung disekitar badan granit yang berhubungan dengan magma
asam dan menembus lapisan batuan sedimen (disebut intrusi granit) sehingga
deposit ditemukan di daerah kontak (Contact
Zone). Dalam proses kelanjutannya terjadi proses pelapukan baik kimiawi
maupun mekanis, yang kemudian berlanjut dengan proses erosi, dan
tertransportasi lewat sungai. Bijih timah terdiri dari mineral Cassiterite (SnO2)
sebagai mineral utama dan selalu diikuti pula oleh beberapa mineral assosiasi
serta sekelompok gangue mineral.
a.
Mineral
utama
Mineral utama bijih
timah adalah Cassiterite (SnO2). Mineral ini secara alami terbentuk
dari proses hydrothermal magmatik. Timah di Indonesia (Bangka, Belitung,
Singkep, dan sekitarnya) pada umumnya merupakan timah sekunder, walaupun
dibeberapa tempat ditemukan timah primer. Bentuk dan system kristal Cassiterite
tetragonal system. Warna mineral ini coklat atau hitam, dengan ukuran butiran
yang umum terdapat +200 mesh.
b.
Mineral
assosiasi
Mineral assosiasi
yang umum terdapat dalam bijih timah pada umumnya juga merupakan mineral
sekunder, dengan proses pengkayaan atau terendapnya mineral tersebut bersamaan
dengan pengendapan timah. Mineral assosiasi yang umum terdapat dalam bijih
timah berdasarkan sifat fisik mineral dan karakteristiknya dapat ditunjukkan
pada tabel 2.2
Tabel
2.1
Sifat
Fisik Mineral Ikutan dan Karakteristik
No
|
Mineral
|
Rumus Kimia
|
Berat Jenis
|
Warna
|
Kekerasan
|
Kelistrikan
|
Kemagnetan
|
1.
|
Cassiterite
|
SnO2
|
6,8
– 7,1
|
Kuning,
Coklat, Kuning kemerahan, Coklat kehitaman, Coklat tua
|
6
– 7
|
Conduktor
|
Non
magnetic
|
2.
|
Ilmenite
|
FeTiO3
|
4,5
– 5
|
Hitam
besi, Hitam keabuan
|
5
– 6
|
Conduktor
|
Magnetic
|
3.
|
Monazite
|
(CeLaYTh)
PO4
|
4,6
– 5,3
|
Kuning,
Jaring-jaring hijau
|
5
– 5,5
|
Non
Conduktor
|
Magnetic
|
4.
|
Xenotime
|
YPO4
|
4,4
– 5,3
|
Kuning
keabu-abuan
|
4
– 5
|
Non
Conduktor
|
Magnetic
|
5.
|
Z
|
ZrSiO4
|
4,2
– 4,7
|
Putih
bening hingga kuning, kehijauan
|
7,5
|
Non
Conduktor
|
Non
Magnetic
|
6.
|
Pyrite
|
FeS2
|
4,8
– 5
|
Kuning,
Kuning tembaga muda
|
6
– 6,5
|
Conduktor
|
Non
Magnetic
|
7.
|
Marcasite
|
FeS2
|
4,8
– 5
|
Kuning
tembaga muda, kuning keabuan
|
6
– 6,5
|
Conduktor
|
Non
Magnetic
|
8.
|
Hematite
|
Fe2O3
|
5
– 5,2
|
Hitam
besi, abu-abu besi
|
5,5
– 6,5
|
Conduktor
|
Magnetic
|
9.
|
Topaz
|
Al2SiO4
(FOH)2
|
3,5
– 3,6
|
Tidak
berwarna, Merah jambu, Ungu
|
8
|
Non
Conduktor
|
Non
Magnetic
|
10.
|
Limonite
|
2FeO33H2O
|
3,6
– 4
|
Coklat
tua sampai Hitam
|
5
– 5,5
|
Conduktor
|
Magnetic
|
11.
|
Tourmaline
|
HgAl3(BOH)2S14O19
|
3
– 3,2
|
Hijau
kehitaman, Hitam
|
7
– 7,5
|
Non
Conduktor
|
Non
Magnetic
|
12.
|
Quartz
|
SiO2
|
2,6
– 2,65
|
Tidak
berwarna, Bening putih
|
7
|
Non
Conduktor
|
Non
Magnetic
|
13.
|
Anatase
|
TiO2
|
2,9
|
Kuning
keputihan, Coklat, Coklat hitam
|
|
Conduktor
|
Non
Magnetic
|
14.
|
Rutile
|
TiO2
|
4,2
– 4,3
|
Merah,
Merah kehitaman, Kuning tua, Coklat
|
6
– 6,5
|
Conduktor
|
Magnetic
|
15.
|
Magnetite
|
FeOF2O3
|
4,9
– 5,2
|
Hitam
bersih
|
5,5
– 6
|
Conduktor
|
Magnetic
|
16.
|
Siderite
|
FeCO3
|
3,8
– 4
|
Kuning
kecoklatan
|
3,5
– 4
|
Non
Conduktor
|
Magnetic
|
17.
|
Spinel
|
MgAl2O3
|
3,5
– 4,1
|
Biru
violet, Hijau
|
8
|
Non
Conduktor
|
Non
Magnetic
|
18.
|
Galena
|
PbS
|
7,4
– 7,6
|
Biru
kehitaman
|
3
|
Conduktor
|
Magnetic
|
19.
|
Wolframite
|
(Fe,
Mn)WO4
|
7,1
– 7,5
|
Hitam,
Coklat, kelabu gelap
|
5
– 5,5
|
Conduktor
|
Magnetic
|
20.
|
Colombite
|
(Fe,
Mn)Nb2O6(Fe, Mn)Ta2O6
|
5,5 - 8,2
|
Hitam,
Hitam kecoklatan
|
6
|
Conduktor
|
Magnetic
|
21.
|
Tantalite
|
(Fe,
Mn)(Nb, Ta)2O6
|
7,1
– 7,5
|
Hitam
|
6
|
Conduktor
|
Magnetic
|
22.
|
Kaoline
|
Al2O3.2SiO2.2H2O
|
2
– 2,6
|
Putih
|
2
– 2,5
|
Non
Conduktor
|
Non
Magnetic
|
2.7 Manfaat Timah
Data pada tahun 2006
menunjukkan bahwa logam timah banyak dipergunakan untuk solder(52%), industri
plating (16%), untuk bahan dasar kimia (13%), kuningan & perunggu (5,5%),
industri gelas (2%), dan berbagai macam aplikasi lain (11%).
a.
Logam
Timah dan Paduannya
Logam timah banyak
manfaatnya baik digunakan secara tunggal maupun sebagai paduan logam (alloy)
dengan logam yang lain terutama dengan logam tembaga. Logam timah juga sering
dipakai sebagai container dalam berbagai macam industri. Contoh-contoh paduan
antara tembaga dan timah adalah:
·
Pewter,
merupakan paduan antara 85-99% timah dan sisanya tembaga, antimony, bismuth,
dan timbale. Banyak dipakai untuk vas, peralatan ornament rumah, atau peralatan
rumah tangga.
·
Bronze
adalah paduan logam timah dengan tembaga dengan kandungan timah sekitar 12%.
b.
Plating
Logam timah banyak
dipergunakan untuk melapisi logam lain seperti seng, timbale dan baja dengan
tujuan agar tahan terhadap korosi. Aplikasi ini banyak dipergunakan untuk
melapisi kaleng kemasan makanan dan pelapisan pipa yang terbuat dari logam.
c.
Superkonduktor
Timah memiliki sifat
konduktor dibawah suhu 3,72 K. Superkonduktor dari timah merupakan superkonduktor
pertama yang banyak diteliti oleh para ilmuwan contoh superkonduktor timah yang
banyak dipakai adalah Nb3Sn.
d.
Solder
Solder sudah banyak
dipakai sejak dahulu kala. Timah dipakai dalam bentuk solder merupakan campuran
antara 5-70% timah dengan timbale akan tetapi campuran 63% timah dan 37%
timbale merupakan komposisi yang umum untuk solder. Solder banyak digunakan
untuk menyambung pipa atau alat elektronik
e.
Pembuatan
Senyawa Organotin
Senyawa organoti
merupakan senyawa kimia yang terdiri dari timah (Sn) dengan hidrokarbon
membentuk ikatan C-Sn. Senyawa ini merupakan bagian dari golongan senyawa
organometalik. Senyawa ini banyak dipakai untuk sintesis senyawa organic,
sebagai biosida, sebagai pengawet kayu, sebagai stabilisator panas, dan lain
sebagainya.
f.
Pembuatan
Senyawaan Kimia Untuk Berbagai Keperluan
Logam timah juga
dipakai untuk membuat berbagai maca senyawaan kimia. Salah satu senyawa kimia
yang sangat penting adalah SnO2 dimana dipakai untuk resistor dan
dielektrik, dan digunakan untuk membuat berbagai macam garam timah. Senyawa SnF2
merupakan aditif yang banyak ditambahkan pada pasta gigi. Senyaan timah,
tembaga, barium, kalsium dipakai untuk pembuatan kapasitor. Dan tentu saja
senyawaan kimia juga sering dipakai untuk pembuatan katalis. Senyawaan Timah yang
penting adalah organotin, SnO2, Stanat, timah klorida, timah
hidrida, dan timah sulfida.
BAB III
KESIMPULAN
Pada makalah ini
penulis dapat menyimpulkan bahwa keterbentukan timah primer terbentuk akibat
dari intrusi batuan granit biotite yang menerobos batuan sedimen. Proses
terbentuknya bermula dari adanya tekanan panas dari dalam bumi (Pneumatik
hydrothermal) yang menyebabkan cairan magma yang bersifat asam mengandung gas
SnF4 menerobos dan mengisi celah-celah
rekahan, kemudian kontak dengan lapisan tanah penutup yang berupa pasir, lanau,
ataupun schist dan membeku secara perlahan-lahan maka terjadilah reaksi kimia dasar yang membentuk endapan timah primer.
Timah terbentuk sebagai endapan primer pada batuan granit dan pada daerah
sentuhan batuan endapan metamorf yang biasanya berasosiasi dengan turmalin dan
urat kuarsa timah, serta sebagai endapan sekunder. Adapun jenis-jenis
endapan timah terdiri dari tiga yaitu elluvial, colluvial dan alluvial. Tetapi
untuk daerah Bangka lebih banyak terdapat endapan alluvial atau lebih banyak
ditemukan timah sekunder dan sedikit di
temukan timah primer.
Adapun mineral utama bijih timah adalah Cassiterite (SnO2),
sedangkan mineral assosiasi yang umum terdapat dalam bijih timah pada umumnya
juga merupakan mineral sekunder, dengan proses pengkayaan atau terendapnya
mineral tersebut bersamaan dengan pengendapan timah adapun contoh mineral
asosiasi adalah pirit, kuarsa, zircon, ilmenit, plumbum, bismut, arsenik,
stibnite, kalkopirit, kuprit, xenotim, dan monasit dan bisa di sebut juga
sebagai mineral ikutan.
Adapun manfaat dari timah adalah sebagai
pelat timah, campuran tambal gigi, sebagai pelapis stik golf maupun pelapis
kaleng, dan bisa juga di buat kerajinan tangan seperti pewter.
DAFTAR PUSTAKA
Idris,
Jimmy, Tambang
Timah Alluvial, PT. KOBA
TIN.
Sugiantoro,” Orientasi Winchaman Traininig”, PT KOBA
TIN, 2005.
Sujitno, Sutedjo,
2007, Sejarah Penambangan Timah Di Indonesia, PT. TIMAH,Tbk, Pangkal Pinang, Hal 7-106.
Sunhardi, Sundrijo, Some Essential Aspects Of The Geological Chracthers Of Various
secondary Tin Deposits, PT.
TIMAH, Tbk.
http://www.artikelkimia.info/unsur-golongan-iv-a-timah-sn-37591519092011
http://belajarkimia.com/2010/06/timah-sn/
Editor : Aditya M. Ramdhan. Ginan Ginanjar Kosim, Rd. Firlan Firmansyah, Alzur Zanni