BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan salah satu Negara yang kaya akan sumber
daya alam termasuk sumber daya mineral logam. Kesadaran akan banyaknya mineral
logam ini mendorong bangsa Indonesia untuk dapat memanfaatkan sumber daya alam
tersebut secara efisien. Dalam pemanfaatannya tentu saja tentu saja menggunakan
berbagai metode dan teknologi sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal dan juga
dengan keuntungan yang besar, biaya produksi yang seminim mungkin serta ramah
lingkungan.
Pengolahan timah menjadi sesuatu
yang lebih bermanfaat tidak lepas dari peran reaksi kimia fisika. Pencucian
maupun pemisahan pada timah merupakan proses yang melibatkan reaksi – reaksi
kimia fisika. Oleh karena itu proses pemurnian timah tidak memperolah hasil
yang ekonomis perlu dikaji dan dipelajari dari segi kimia fisika.
Penambangan timah di
Indonesia sudah berlangsung lebih dari 200 tahun, yaitu diBangka mulai tahun
1711, di Singkep tahun 1812 dan di Belitung sejak tahun 1852.Dengan kekayaan
cadangan yang melimpah, Indonesia merupakan salah satu negaraprodusen timah
terbesar di dunia.
Bijih timah
di Indonesia pertama kali digali pada tahun 1709 di Sungai Olim, Toboali,Pulau
Bangka. Pengerjaannya dilakukan secara primitif oleh penduduk dengan
carapendulangan dan mencangkul dengan sistem penggalian sumur Palembang atau
sistemkolong/parit. Bijih timah yang dihasilkan pada waktu itu dijual kepada
pedagangpedagangyang datang dari Portugis, Spanyol dan juga dari Belanda.
Keadaan iniberubah ketika Belanda datang ke Indonesia, pada saat mana
penggalian timah mulailebih digiatkan. Sejak tahun 1720 penggalian timah
dilakukan secara besar-besarandibiayai oleh para pengusaha Belanda yang
tergabung dalam VOC yang kemudian memonopoli dan mengawasi seluruh tambang di
Pulau Bangka.
Secara historis pengusahaan
pertambangan timah di Indonesia dibedakan dalam dua masa pengelolaan. Yang
pertama sebelum tahun 1960 dikenal dengan masa pengelolaan Belanda, di mana
Bangka, Belitung dan Singkep merupakan badan usaha yang terpisahdan berdiri
sendiri. Bangka dikelola oleh badan usaha milik Pemerintah Belanda sedangkan
Belitung dan Singkep oleh perusahaan swasta Belanda. Status kepemilikan usaha
ini memberikan ciri manajemen dan organisasi yang berbeda satu dengan yang lain.
Ciri perbedaan itu diwujudkan dalam perilaku organisasi dalam arti luas, baik struktur
maupun budaya kerjanya.
Masa yang kedua adalah masa
pengelolaan Negara Republik Indonesia. Status berdiri sendiri dari ketiga
wilayah tersebut masih terus berlangsung tetapi dalam bentuk Perusahaan Negara
(PN) berdasarkan Undang-undang No. 19 PRP tahun 1960, yaitu PN Tambang Timah
Bangka, PN Tambang Timah Belitung dan PN Tambang Timah Singkep.
1.2
MAKSUD DAN TUJUAN
1.2.1 Maksud
` Pada
penulisan makalah ini untuk memahami berbagai cara pengolahan timah agar dapat
dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhannya, karena timah merupakan hasil dari alam
yang perlu untuk dimanfaatkan.
1.2.2 Tujuan
Untuk dapat memahami proses –
proses yang harus dilakukan agar dapat memperoleh timah yang ekonomis.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 PENGERTIAN
TIMAH
Timah adalah sebuah unsur
kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol Sn (stannum) dengan nomor ataom 50. Unsur
ini merupakan logam miskin keperakan, dapat ditempa ("malleable"), tidak mudah
teroksidasi dalam udara sehingga tahan karat, ditemukan dalam banyak
paduan , dan digunakan untuk melapisi logam lainnya untuk mencegah karat.
Timah diperoleh terutama dari cassiterite (SnO2) yang
terbentuk sebagai oksida yang kemudian dilebur untuk membentuk Sn murni.
Untuk memisahkan timah dari
pengotor – pengotornya maka bijih timah harus dilebur dan ditambahkan senyawa –
senyawa lain seperti antrasite, dan limestone. Peleburan
dilakukan didalam burning chamber (tanur) hingga suhu 1350 0C selama
8-12 jam sehingga dapat memisahkan timah dengan pengotor – pengotornya
seperti : Pb, As, Sb, Cu,Fe, Ni
Timah terbentuk sebagai endapan
primer pada batuan granit dan pada daerah sentuhan batuan endapan metamorf yang
biasanya berasosiasi dengan turmalin dan urat kuarsa timah, serta sebagai
endapan sekunder, yang di dalamnya terdiri dari endapan alluvium, elluvial, dan
koluvium.
Timah
tidak ditemukan dalam unsur bebas di bumi akan tetapi diperoleh dari
senyawanya. Timah pada saat ini diperoleh dari mineral Cassiterite atau
tinstone. Cassiterite merupakan mineral oksida dari timah SnO2,
dengan kandungan timah berkisar 78%. Contoh lain sumber biji timah yang lain
dan kurang mendapat perhatian dari pada cassiterite adalah kompleks mineral
sulfide yaitu stanite (Cu2FeSnS4)mmerupakan mineral
komplek antara besi-tembaga- timah- belerang dan Cylindrite (PbSn4FeSb2S4)
merupakan mineral komplek.
2.2 SIFAT DAN BENTUK TIMAH
2.2.1 Sifat Timah
a.
Timah termasuk golongan IV B dan mempunyai
bilangan oksidasi +2 dan +4.
b.
Timah merupakan logam lunak, fleksibel, dan
warnanya abu-abu metalik.
c.
Timah tidak mudah dioksidasi dan tahan terhadap
korosi disebabkan terbentuknya lapisan oksida timah yang menghambat
proses oksidasi lebih jauh. Timah tahan terhadap korosi air distilasi
dan air laut, akan tetapi dapat diserang oleh asam kuat, basa, dan garam asam.
Proses oksidasi dipercepat dengan meningkatnya kandungan oksigen dalam larutan.
d.
Jika timah dipanaskan dengan adanya udara maka
akan terbentuk SnO2.
e.
Timah ada dalam dua alotrop yaitu timah alfa dan
beta. Timah alfa biasa disebut timah abu-abu dan stabil dibawah suhu 13,2
C dengan struktur ikatan kovalen seperti diamond. Sedangkan timah beta berwarna
putih dan bersifat logam, stabil pada suhu tinggi, dan bersifat sebagai
konduktor.
f.
Timah larut dalam HCl, HNO3, H2SO4,
dan beberapa pelarut organic seperti asam asetat asam oksalat dan asam sitrat.
Timah juga larut dalam basa kuat seperti NaOH dan KOH.
g.
Timah umumnya memiliki bilangan oksidasi +2 dan
+4. Timah (II) cenderung memiliki sifat logam dan mudah diperoleh dari
pelarutan Sn dalam HCl pekat panas.
h.
Timah bereaksi dengan klorin secara langsung
membentuk Sn (IV) klorida.
i.
Hidrida timah yang stabil hanya SnH4.
2.2.2 Bentuk Timah
Unsur ini memiliki 2 bentuk
alotropik pada tekanan normal. Jika dipanaskan timah abu-abu (timah alfa)
dengan struktur kubus berubah pada 13.2°C menjadi timah putih (timah beta) yang
memiliki struktur tetragonal. Ketika timah didinginkan pada suhu 13.2°C, ia
pelan pelan berubah dari putih menjadi abu-abu. Perubahan ini disebabkan
ketidakmurnian ( impurities ) seperti alumunium dan seng, dan dapat dicegah
dengan menambahkan antimony atau bismut. Jika dipanaskan dalam udara, timah
membentuk Sn2, sedikit asam, dan membentuk stannate salts dengan
oksida.
2.3 KEBERADAAN TIMAH DI ALAM
2.3.1 Cassiterite
Cassiterite adalah mineral timah
oksida dengan rumus SnO2. Berbentuk kristal dengan banyak permukaan
mengkilap sehingga tampak seperti batu perhiasan. Kristal tipis cassiterite
tampak translusen. Cassiterrite adalah sumber mineral untuk menghasilka logam
timah yang utama dan biasanya terdapat di Alam di Alluvial atau Aluvium.
2.3.2 Stannite
Stannite adalah mineral sulfida
dari tembaga, besi dan timah. Rumus kimianya adalah Cu2FeSnS4 dan merupakan salah satu mineral
yang dipakai untuk memproduksi timah. Stannite mengandung timah sekitar 28 %,
besi 13 %, Tembaga 30 % dan belerang 30 %. Warna dari stannie yaitu biru hingga
abu- abu.
2.3.3 Cylindrite
Cylindrite adalah mineral sulfonat
yang mengandung timah, timbal, antimon, dan besi. Rumus mineral ini Pb2Sn4FeSb2S14.
Bentuk dari senyawa ini yaitu kristal pinakoidal triklinik dimana biasanya
berbentuk silinder atau tube dimana bentuk nyatanya adalah gulungan dari
lembaran kristal ini. Warna dari Cylindrite adalah abu- abu metalik dengan
spesifik gravity 5,4. Pertama kali ditemukan di Bolivia pada
tahun 1893.
Timah merupakan
Unsur ke-49 yang paling banyak terdapat dikerak bumi dimana unsur timah ini
memiliki kandungan 2 ppm jika dibandingkan seng 75 ppm, tembaga 50 pp, 14 ppm
untuk timbal. Dimana unsur timah ini yang dalam bentuk senyawa cassiterite
banyak ditemukan dalam deposit alluvial /alluvium yaitu tanah atau sadimentyang
tidak berkonsolidasi membentuk bongkahan batu dimana dapat mengendap di dasar
laut, sungai, ataupun danau. Alluvium terdiri dari bermacam- macam mineral
seperti pasir, tanh liat, dan batuan batuan kecil. Hampir 80% produksi timah
diperoleh dari alluvial/ alluvium atau istilahnya deposit sekunder.
Diperkirakan untuk mendapatkan cassiterite maka sekitar 7 sampai 8 ton biji
timah/alluvial harus ditambang disebabkan cassiterite sangat rendah.
Timah tidak ditemukan dalam unsur
bebasnya dibumi akan tetapi diperoleh dari senyawaannya. Timah pada saat ini
diperoleh dari mineral cassiterite atau tinstone. Cassiterite merupakan mineral
oksida dari timah SnO2, dengan kandungan timah berkisar 78%. Contoh
lain sumber biji timah yang lain dan kurang mendapat perhatian daripada
cassiterite adalah kompleks mineral sulfide yaitu stanite (Cu2FeSnS4)
merupakan mineral kompleks antara tembaga-besi-timah-belerang dan cylindrite
(PbSn4FeSb2S14) merupakan mineral kompleks
dari timbale-timah-besi-antimon-belerang dua contoh mineral ini biasanya
ditemukan bergandengan dengan mineral logam yang lain seperti perak. Timah
merupakan unsur ke-49 yang paling banyak terdapat di kerak bumi dimana timah
memiliki kandungan 2 ppm jika dibandingkan dengan seng 75 ppm, tembaga 50 ppm,
dan 14 ppm untuk timbal. Cassiterite banyak ditemukan dalam deposit
alluvial/alluvium yaitu tanah atau sediment yang tidak berkonsolidasi membentuk
bongkahan batu dimana dapat dapat mengendap di dasar laut, sungai, atau danau.
Alluvium terdiri dari berbagai macam mineral seperti pasir, tanah liat, dan
batu-batuan kecil. Hampir 80% produksi timah diperoleh dari alluvial/alluvium
atau istilahnya deposit sekunder. Diperkirakan untuk mendapatkan 1 Kg
Cassiterite maka sekitar 7 samapi 8 ton biji timah/alluvial harus ditambang
disebabkan konsentrasi cassiterite sangat rendah.
Dibumi timah tersebar tidak merata akan tetapi terdapat dalam satu daerah geografi dimana sumber penting terdapat di Asia tenggara termasuk china, Myanmar, Thailand, Malaysia, dan Indonesia. Hasil yang tidak sebegitu banyak diperoleh dari Peru, Afrika Selatan, UK, dan Zimbabwe.
Dibumi timah tersebar tidak merata akan tetapi terdapat dalam satu daerah geografi dimana sumber penting terdapat di Asia tenggara termasuk china, Myanmar, Thailand, Malaysia, dan Indonesia. Hasil yang tidak sebegitu banyak diperoleh dari Peru, Afrika Selatan, UK, dan Zimbabwe.
2.4 SENYAWA TIMAH
a.
Timah, Senyawaan yang terpenting adalah SnF2 dan
SnCl2, yang diperoleh dengan pemanasan Sn dengan hf dan hcl gas.
b.
Fluoridanya cukup larut dalam air dan digunakan
dalam pasta gigi yang mengandung fluorida. Air menghidrolisis SnCl2 menjadi
klorida yang bersifat basa, tetapi dari larutan asam encer SnCl2.2H2O
dapat terkristalisasi. Kedua halidanya larut dalam larutan yang mengandung ion
halida berlebihan, jadi:
SnF2 + F- = SnF3- pK»1
SnCl2 + Cl- = SnCl3- pK»1
c.
Dalam larutan akua fluorida, SnF3- adalah
spesies yang utama, tetapi ion-ion SnF+ dan Sn2F5 dapat
dideteksi.
d.
Halida larutan dalam pelarut donor seperti
aseton, piridin, atau DMSO, menghasilkan adduct peramidal, SnCl2OC(CH3)2.
e.
Ion Sn2+ yang sangat peka terhadap
udara, terjadi dalam larutan asam perklorat, yang dapat diperoleh dengan reaksi
Cu(ClO4)2 + Sn Hg Cu + Sn2+ + 2 ClO4-.
2.5 REAKSI-REAKSI TIMAH
Timah putih adalah timah yang mudah
dibentuk. ada suhu 13,2°C, secara perlahan, timah putih berubah menjadi tepung
yang bewarna abu-abu yang disebut timah abu-abu. Bila timah putih yang
dipanaskan akan menjadi sangat rapuh yang disebut timah rapuh. Timah putih
dipakai sebagai pelapis kaleng agar mengkilap dan tahan korosi. Timah juga
dipakai sebagai logam campuran dalam perunggu (tembaga dan timah) dan sebagai
logam solder (campuran timah dengan timbal). Timah lebih mudah teroksidasi dibandingkan
besi, sehingga tidak dapat dipakai sebagai pelindung besi.
ü
Bilangan oksidasi timah dalam senyawa adalah +2
dan +4. Logam ini dapat teroksidasi oleh asam yang bukan pengoksidasi menjadi
+2.
Sn + 2HCl SnCl2 + H¬2
Sn + 2HCl SnCl2 + H¬2
ü
Akan tetapi dengan pengoksidasi kuat, logam
timah teroksidasi, menjadi +4.
Sn + 4 HNO3 SnO2 + 4NO2 + 2 H2O.
Sn + 4 HNO3 SnO2 + 4NO2 + 2 H2O.
ü
Reaksi timah dengan Cl2 menghasilkan
SnCl2.
Sn + Cl2 SnCl2
Sn + Cl2 SnCl2
ü
Logam Sn larut dalam basa membentuk ion stannit,
Sn(OH)42-
Sn + 2OH + 2H2O Sn(OH)42- + H2 (Senyawa timah, seperti SnF2 dipakai dalam bahan pasta gigi. Senyawa (C4H9)3SnO dipakai sebagai fungisida, yaitu zat pembasmi fungi (jamur).
Sn + 2OH + 2H2O Sn(OH)42- + H2 (Senyawa timah, seperti SnF2 dipakai dalam bahan pasta gigi. Senyawa (C4H9)3SnO dipakai sebagai fungisida, yaitu zat pembasmi fungi (jamur).
2.6 PROSES PENGOLAHAN TIMAH
Timah diolah dari bijih timah yang
didapatkan dari batuan atau mineral timah ( kasiterit SnO2 ). Proses
produksi logam timah dari bijinya melibatkan serangkaian proses yang terbilang
rumit yakni pengolahan mineral ( peningkatan kadar timah/proses fisik dan
disebut juga upgrading ), persiapan material yang akan dilebur, proses
peleburan, proses refining dan proses pencetakan logam timah. Pemakaian timah
biasanya dalam bentuk paduan timah yang dikenal dengan nama timah putih yakni
campuran 80% timah, 11 % antimony dan 9% tembaga serta terkadang ditambah
timbal. Timah putih ini terutama dipakai untuk peralatan logam pelindung dan
pipa dalam industri kimia, industri bahan makanan dan untuk menyimpan bahan
makanan.
Proses pengolahan timah ini
bertujuan sesuai dengan namanya yaitu meningkatkan kadar kandungan timah dimana
Bijih timah diambil dari dalam laut atau lepas pantai dengan penambangan atau
pengerukan setelah itu dilakukan pembilasan dengan air atau washing dan
kemudian diisap dengan pompa. Bijih timah hasil dari pengerukan biasanya
mengandung 20 – 30 % timah. Setelah dilakukan proses pengolahan mineral maka
kadar kandungan timah menjadi lebih dari 70 %, sedangkan bijih timah hasil
penambangan darat biasanya mengandung kadar timah yang sudah cukup tinggi
>60%.
Adapun Proses pengolahan mineral timah ini meliputi banyak proses, yaitu :
Adapun Proses pengolahan mineral timah ini meliputi banyak proses, yaitu :
1.
Washing atau Pencucian
Pencucian timah dilakukan dengan memasukkan bijih timah ke
dalam ore bin yang berkapasitas 25 drum per unit dan mampu melakukan pencucian
15 ton bijh per jam. Di dalam ore bin itu bijih dicuci dengan menggunakan air
tekanan dan debit yang sesuai dengan umpan.
2.
Pemisahan berdasarkan ukuran atau
screening/sizing dan uji kadar
Bijih yang didapatkan dari hasil pencucian pada ore bin lalu
dilakukan pemisahan berdasarkan ukuran dengan menggunakan alat screen,mesh,
setelah itu dilakukan pengujian untuk mengetahui kadar bijih setelah pencucian.
Prosedur penelitian kadar tersebut adalah mengamatinya dengan mikroskop dan
menghitung jumlah butir dimana butir timah dan pengotornya memiliki
karakteristik yang berbeda sehinga dapat diketahui kadar atau jumlah kandungan
timah pada bijih.
3.
Pemisahan berdasarkan berat jenis
Proses pemisahan ini menggunakan alat yang disebut jig
Harz.bijih timah yang mempunyai berat jenis lebih berat akanj mengalir ke bawah
yang berarti kadar timah yang diinginkan sudah tinggi sedangkan sisanya, yang
berkadar rendah yang juga berarti mengandung pengotor atau gangue lainya
seperti quarsa , zircon, rutile, siderit dan sebagainya akan ditampung dan
dialirkan ke dalam trapezium Jig Yuba.
4.
Pengolahan tailing
Dahulu tailing timah diolah kembali untuk diambil mineral
bernilai yang mungkin masih tersisa didalam tailing atau buangan. Prosesnya
adalah dengan gaya sentrifugal. Namun saat ini proses tersebut sudah tidak lagi
digunakan karena tidak efisien karena kapasitas dari alat pengolah ini adalah
60 kg/jam.
5.
Proses Pengeringan
Proses pengeringan dilakukan
didalam rotary dryer. Prinsip kerjanya adalah dengan memanaskan pipa besi yang
ada di tengah – tengah rotary dryer dengan cara mengalirkan api yang didapat
dari pembakaran dengan menggunakan solar.
6.
Klasifikasi
Bijih-bijih timah selanjutnya akan
dilakukan proses-proses pemisahan/klasifikasi lanjutan yakni:
v
klasifikasi berdasarkan ukuran butir dengan screening
v
klasifikasi berdasarkan sifat konduktivitasnya dengan
High Tension separator.
v
klasifikasi berdasarkan sifat kemagnetannya
dengan Magnetic separator.
v
Klasifikasi berdasarkan berat jenis dengan
menggunakan alat seperti shaking table , air table dan multi gravity separator (untuk
pengolahan terak/tailing).
7.
Pemisahan Mineral Ikutan
Mineral ikutan pada bijih timah yang memiliki nilai atau
value yang terbilang tinggi seperti zircon dan thorium( unsur radioaktif ) akan
diambil dengan mengolah kembali bijih timah hasil proses awal pada Amang Plant.
Mula – mula bijih diayak dengan vibrator listrik berkecepatan tinggi dan
disaring/screening sehingga akan terpisah antara mineral halus berupa
cassiterite dan mineral kasar yang merupakan ikutan. Mineral ikutan tersebut
kemudian diolah pada air table sehingga menjadi konsentrat yang selanjutnya
dilakukan proses smelting, sedangkan tailingnya dibuang ke tempat penampungan.
Mineral – mineral tersebut lalu dipisahkan dengan high tension separator
–pemisahan berdasarkan sifat konduktor – nonkonduktornya atau sifat konduktivitasnya.
Mineral konduktor antara lain: Cassiterite dan Ilmenite. Mineral nonconductor
antara lain: Thorium, Zircon dan Xenotime. Lalu masing – masing dipisahkan
kembali berdasarkan kemagnetitanya dengan magnetic separation sehingga
dihasilkan secara terpisah, thorium dan zircon.
8.
Proses pre-smelting
Setelah dilakukan proses pengolahan mineral dilakukan proses
pre-smelting yaitu proses yang dilakukan sebelum dilakukannya proses peleburan,
misalnya preparasi material,pengontrolan dan penimbangan sehingga untuk proses
pengolahan timah akan efisien.
9.
Proses Peleburan ( Smelting )
Ada dua tahap dalam proses
peleburan :
a)
Peleburan tahap I yang menghasilkan timah kasar
dan slag/terak.
b)
Peleburan tahap II yakni peleburan slag sehingga
menghasilkan hardhead dan slag II.
Proses peleburan berlangsung
seharian –24 jam dalam tanur guna menghindari kerusakan pada tanur/refraktori.
Umumnya terdapat tujuh buah tanur dalam peleburan. Pada tiap tanur terdapat
bagian – bagian yang berfungsi sebagai panel kontrol: single point temperature
recorder, fuel oil controller, pressure recorder, O2
analyzer,multipoint temperature recorder dan combustion air controller. Udara
panas yang dihembuskan ke dalam mfurnace atau tanur berasal dari udara luar /
atmosfer yang dihisap oleh axial fan exhouster yang selanjutnya dilewatkan ke
dalam regenerator yang mengubahnya menjadi panas.
Tahap awal peleburan baik peleburan I dan II adalah proses charging yakni bahan baku –bijih timah atau slagI dimasukkan kedalam tanur melalui hopper furnace. Dalam tanur terjadi proses reduksi dengan suhu 1100 – 15000 C. unsure – unsure pengotor akan teroksidasi menjadi senyawa oksida seperti As2O3 yang larut dalam timah cair.
Tahap awal peleburan baik peleburan I dan II adalah proses charging yakni bahan baku –bijih timah atau slagI dimasukkan kedalam tanur melalui hopper furnace. Dalam tanur terjadi proses reduksi dengan suhu 1100 – 15000 C. unsure – unsure pengotor akan teroksidasi menjadi senyawa oksida seperti As2O3 yang larut dalam timah cair.
Sedangkan SnO tidak larut semua
menjadi logam timah murni namun adapula yang ikut ke dalam slag dan juga dalam
bentuk debu bersamaan dengan gas – gas lainnya. Setelah peleburan selesai maka
hasilnya dimasukkan ke foreheart untuk melakukan proses tapping. Sn yang
berhasil dipisahkan selanjutnya dimasukkan kedalam float untuk dilakukan
pendinginan /penurunan temperatur hingga 4000C sebelum dipindahkan ke dalam
ketel.sedangkan hardhead dimasukkan ke dalm flame oven untuk diambil Sn dan
timah besinya.
10.
Proses Refining ( Pemurnian )
a)
Pyrorefining
Yaitu proses pemurnian dengan menggunakan panas diatas titik
lebur sehingga material yang akan direfining cair, ditambahkan mineral lain
yang dapat mengikat pengotor atau impurities sehingga logam berharga dalam hal
ini timah akan terbebas dari impurities atau hanya memiliki impurities yang
amat sedikit, karena afinitas material yang ditambahkan terhadap pengotor lebih
besar dibanding Sn. Contoh material lain yang ditambahkan untuk mengikat
pengotor: serbuk gergaji untuk mengurangi kadar Fe, Aluminium untuk untuk
mengurangi kadar As sehingga terbentuk AsAl, dan penambahan sulfur untuk
mengurangi kadar Cu dan Ni sehingga terbentuk CuS dan NiS. Hasil proses
refining ini menghasilkan logam timah dengan kadar hingga 99,92% (pada
PT.Timah). Analisa kandungan impurities yang tersisa juga diperlukan guina
melihat apakah kadar impurities sesuai keinginan, jika tidak dapat dilakukan
proses refining ulang.
b)
Eutectic Refining
Yaitu proses pemurnian dengan menggunakan crystallizer dengan
bantuan agar parameter proses tetap konstan sehingga dapat diperoleh kualitas
produk yang stabil. Proses pemurnian ini bertujuan mengurangi kadar Lead atau
Pb yang terdapat pada timah sebagai pengotor /impuritiesnya. Adapun prinsipnya
adalah berhubungan dengan temperatur eutectic Pb- Sn, pada saat eutectic
temperature lead pada solid solution berkisar 2,6% dan aakan menurun bersamaan
dengan kenaikan temperatur, dimana Sn akan meningkat kadarnya. Prinsip utamnya
adalah dengan mempertahankan temperatur yang mendekati titik solidifikasi
timah.
c)
Electrolitic Refining
Yaitu proses pemurnian logam timah sehingga dihasilkan kadar
yang lebih tinggi lagi dari pyrorefining yakni 99,99%( produk PT. Timah: Four
Nine ). Proses ini melakukan prinsip elektrolisis atau dikenal
elektrorefining.Proses elektrorefining menggunakan larutan elektrolit yang
menyediakan logam dengan kadar kemurnian yang sangat tinggi dengan dua komponen
utama yaitu dua buah elektroda –anoda dan katoda –yang tercelup ke dalam bak
elektrolisis.Proses elektrorefining yang dilakukan PT.Timah menggunakan bangka
four nine (timah berkadar 99,99% ) yang disebut pula starter sheetsebagai
katodanya, berbentuk plat tipis sedangkan anodanya adalah ingot timah yang
beratnya berkisar 130 kg dan larutan elektrolitnya H2SO4. proses pengendapan
timah ke katoda terjadi karena adanya migrasi dari anoda menuju katoda yang
disebabkan oleh adanya arus listrik yang mengalir dengan voltase tertentu dan
tidak terlalu besar.
11.
Pencetakan
Pencetakan ingot timah dilakukan
secara manual dan otomatis. Peralatan pencetakan secara manual adalah melting
kettle dengan kapasitas 50 ton, pompa cetak and cetakan logam. Proses ini
memakan waktu 4 jam /50 ton, dimana temperatur timah cair adalah 2700C.
Sedangkan proses pencetakan otomatis menggunakan casting machine, pompa cetak,
dan melting kettle berkapasitas 50 ton dengan proses yang memakan waktu hingga
1 jam/60 ton.
Langkah – langkah pencetakan:
a.
Timah yang siap dicetak disalurkan menuju
cetakan.
b.
Ujung pipa penyalur diatur dengan menletakkannya
diatas cetakan pertama pada serinya, aliran timah diatur dengan mengatur klep
pada piapa penyalur.
c.
Bila cetakan telah penuh maka pipa penyalur
digeser ke cetakan berikutnyadan permukaan timah yang telah dicetak dibersihkan
dari drossnya dan segera dipasang capa pada permukaan timah cair.
d.
Kecepatan pencetakan diatur sedemikian rupa
sehingga laju pendinginan akan merata sehingga ingot yang dihasilkan mempunyai
kulitas yang bagus atau sesuai standar.
e.
Ingot timah ynag telah dingin disusun dan
ditimbang.
2.7 KEGUNAAN TIMAH
Data pada tahun 2006 menunjukkan
bahwa logam timah banyak dipergunakan untuk solder(52%), industri plating
(16%), untuk bahan dasar kimia (13%), kuningan & perunggu (5,5%), industri
gelas (2%), dan berbagai macam aplikasi lain (11%).
Akibat dari petumbuhan permintaan,
kegunaan baru dari timah ditemukan. Masalah lingkungan, keselamatan dan
kesehatan mempengaruhi kegunaan timah. Hasil dari riset yang sedang dilakukan
di Internatioanal Tin Research Institude Ltd., lembaga yang dibiayai industri,
banyak pasar baru untuk timah sedang dikembangkan.
Industri kimia adalah konsumen
timah yang paling cepat berkembang. Permintaan sangat kuat untuk peralatan
rumah tangga dan cat industri, pada plastik dan lapisan tanpa belerang yang
digunakan industri teknik (tembaga, perunggu dan fosfor perunggu diantara yang
lainnya). Contoh aplikasi komersil adalah pelapisan timah pada kawat dan kabel
tembaga dan pembuatan bentuk-bentuk timah tempa.
BAB III
DATA
3.1
PROSES EKSTRAKSI TIMAH
3.1.1 Penambangan Timah
·
Penambangan Lepas Pantai
Penambangan lepas pantai dilakukan
oleh armada kapal keruk. Hasil produksi bijih timah dari kapal keruk diproses
di instalasi pencucian untuk mendapatkan kadar minimal 30 % Sn.
·
Pengelolaan Darat
Proses penambangan timah alluvial
menggunakan pompa semprot (gravel pump). Proses pencusian dilakukan di areal penambangan
darat. Hasil penambangan darat sudah memenuhi standar peleburan diatas 70%.
3.1.2 Pengelolaan Mineral
Pengelolaan ini bertujuan untuk meningkatakan kadar Sn pada
bijih hasil penambangan lepas pantai dari 20 – 30% menjadi di atas 70% (cassiterite).
Proses dari pengelolaan mineral ini terdiri dari :
1.
Ore Bin
Bijih timah (feed) dimasukkan ke dalam ore bin , kemudian
bijih timah tersebut dicuci dengan menggunakan air dengan tekanan dan debit
yang sesuai dengan karakteristik umpan. Ore bin mampu melakukan pencucian 15
ton ore/jam.
2.
Jig harz
Setelah bijih timah mengalami proses pencucian kemudian
hasilnya dialirkan ke dalam jig harz. Jig Harz bekerja menggunakan alat seperti
saringan yang disebut bed yang diletakkan di dasara alat ini. Alat ini bekerja
berdasarkan berat jenis sehingga bijih timah yang memiliki berat jenis yang
lebih berat mengalir ke bawah, sedangkan tailingnya yang masih mengandung Sn
dengan kadar rendah dan mineral ikutannya seperti quarsa, zirkon, rutile,
monazite, xinotime, topas, pirit, siderit, turmaline dan karat besi akan
ditampung dan kemudian dialirkan ke Trapesium Jig Yuba. Bijih timah yang
dialirkan kebawah pada jig harz akan masuk ke dalam kompartemen A, B, C, D.
3.
Trapesium Jig Yuba
Proses disini sama dengan proses pada jig harz. Pada
umumnya kandungan Sn yang terdapat disini sangatlah rendah. Hasil dari proses
ini akan diteruskan ke rotary dryer, sedangkan tailingnya akan ditempatkan pada
Settling Pond.
4.
Rotary dryer
Setelah itu bijih timah dengan kadar tinggi (>70%) maupun
hasil dari Trapesium Jig Yuba akan dikeringkan pada rotary dryer. Prinsip
kerjanya adalah dengan memanaskan pipa besi (diameter 12 inch) yang ada di
tengah – tengah rotary dryer dengan cara mengalirkan api yang didapat dari
pembakaran dengan menggunakan solar. Sehingga dengan berputarnya alat ini maka
bijih timah yang basah akan menempel pada besi panas tersebut dan kemudian akan
mengalami pengeringan.
5.
Screening
Feed yang berkadar rendah setelah mengalami pengeringan
pada rotary screen akan diteruskan ke round screen, disini bijih Sn akan
diklasifikasikan berdasarkan ukuran butirnya, proses ini dilakukan untuk
mendapatkan material feed dengan ukuran seragam sehingga dapat diteruskan ke
High Tension Separator.
6.
High Tension Separator (HTS)
Pada HTS material masukan akan diklasifikasikan menurut
sifat electricitinya (konduktor, non konduktor, dan middling ). Muatan listrik
akan diberikan kepada partikel nonkonduktor dan tidak diteruskan ke ground.
Mineral konduktor setelah menerima muatan akan meneruskan ke ground sehingga
kehinglangan muatan. Terjadi perbedaan lintasan tempuh antara mineral konduktor
dan non konduktor.
7.
Magnetic Separator
Berfungsi untuk memisahkan material magnetik dan non
magnetik. Cara kerja alat ini adalah dengan mengukur densitas fluks magnet atau
induksi magnet yang dihasilkan oleh material. Hasil keluaran dari proses ini
adalah cassiterite dengan kadar 60% Sn. Setelah proses ini, dilanjutkan ke air
table.
8.
Air tabl
Feed yang bersifat middling setelah melewati HTS akan
diolah di air table. Alat ini bekerja seperti alat shaking table dimana terjadi
pemisahan mineral berdasarkan berat jenisnya dengan menggunakan getaran dan
tekanan udara.
9.
Rotary Screening
Tailing akhir yang memiliki kadar Sn 2-4% Sn pada
settling pond akan kembali diolah, tailing pertama akan dimasukkan ke dalam
rotary screening.
3.1.3
Peleburan Timah
Proses peleburan merupakan proses melebur bijih timah
menjadi logam Timah. Untuk mendapatkan logam timah dengan kualitas yang lebih
tinggi, maka harus dilakukan proses pemurnian terlebih dahulu dengan
menggunakan suatu alat pemurnian yang disebut crystallizer.
Reaksi reduksi bijih timah menjadi timah bebas adalah
sebagai berikut SnO2 + CO = SnO2 + CO2 SnO + CO2 =
Sn + CO2
Dari reaksi tersebut masih terdapat SnO2 yang
tidak terseduksi oleh C yang lalu akan bereaksi dengan Sn dan SiO2
untuk menghasilkan terak (slag) stannous silicate.
Reaksi yang terjadi :
SnO2 + Sn + 2SiO2 = 2 SnOSiO2 Untuk menghasilkan Sn, terak ini dapat direduksi oleh C,
reaksinya adalah sbb : 2SnOSiO2 + 2 C = 2 Sn + 2 SiO2 + 2 CO2
Proses Peleburan Terak
Terak hasil proses peleburan I akan dilebur ulang untuk
mendapatkan hardhead dan terak II. Bahan baku peleburan terak I yang mengandung
20 – 30% Sn, batu kapur dan antrasit .
·
Peleburan tahap I (peleburan bijih) menghasilkan crude tin dan terak
·
Peleburan tahap II (peleburan terak) menghasilkan hardhead dan terak II
3.1.4
Pemurnian
Pemurnian pada
Timah ada 3 cara yaitu:
1.
Pyrorefining
·
Pyrorefining
bertujuan untuk mendapatkan produk dengan kandungan Sn 99,93% dan produk dengan
kandungan 99,85 %. Proses ini dilakukan dengan menambahkan bahan / aditif yang
akan berfungsi sebagai pengikat impurities didalam timah. Tahapan proses ini
meliputi
·
Pemurnian
pengotor F
Timah cair pada suhu 500oC ditambahkan serbuk gergaji
diaduk 30 menit, Fe akan diendapkan sebagai FeSn-oksida
·
Pemurnian Pengotor
As
Timah cair pada suhu 500oC ditambahkan scrap aluminium
diaduk 30 menit dihembuskan udara 30 menit, As akan diendapkan sebagai AsAl.
·
Pemurnian
pengotor Cu, Ni
Timah cair pada suhu 500oC ditambahkan belerang diaduk 30 menit
dihembuskan udara 30 menit.
Reaksi : Cu(Sn) + S(S) Ã CuS(S)
·
Proses Pelelehan
Pada suhu 800oC wet dross(campuran timah dengan oksida
logam pengotor) dilelehkan dalam flame oven sehingga timah bebas akan leleh dan
terpisah dengan dry dross.
2.
Electrolytic
Refining
Dilakukan untuk
mendapatkan produk dengan kandungan Sn 99,99 %. Secara
garis besar, proses ini menggunakan konsep elektrolisis. Ingot timah dilebur
ulang dan dicetak membentuk anoda, sedangkan untuk katoda digunakan starter
sheet atau starting cathode Stainless Steel. Arus AC diubah ke DC dengan
rectifier, larutan elektrolit yang digunakan adalah H2SO4,
H2SiF6, SnSO4 ditambahkan zat aditif gelatin dan
eugenol untuk menghindari endapan Sn berbentuk jarum – jarum yang dapat memicu
short circuit. Ion Sn dari anoda akan berpindah dan menempel di permukaan
katoda.
Reaksi:
anoda :
Sn(impure) è Sn2+
katoda : Sn2+
è Sn(pure)
3.
Eutectic
Refining
Dilakukan untuk
menghasilkan produk low lead dengan kandungan lead 40, 50, 100 ppm. Secara
garis besar, pronsip yang digunakan adalah pemisahan berdarakan fasa yang
terbentuk pada diagram fasa biner Sn-Pb. Alat yang digunakan adalah
crystallizer. Waste yang dihasilkan adalah paduan Pb-Sn dengan kandungan Pb
sekitar 20%.
4.
Paduan
Paduan yang
digunakan untuk mencapur dengan timah yaitu Tembaga. Paduan dari tembaga dan
timah menghaslan beberapa unsur seperti:
·
Pewter :
merupakan paduan antara 85%- 90% timah dan sisanya tembaga, antimont, bismuth,
dan timale.
·
Bronze :Paduan
logam timah dengan tembaga dengan kandungan timah sekitar 12 %
·
Fosfor bronze:
adalah paduan bronze yang ditambahkan unsur fosfor.
Selain itu,
terdapat juga paduan lain timah yang menghasilkan suatu logam paduan yang
disebut amalgam. Logam tersebut adalah hasil paduan dari timah dengan merkuri,
perak, seng, tembaga.
3.2 APLIKASI DALAM KEHIDUPAN
·
Plating
Logam timah banyak dipergunakan untuk melapisi logam lain seperti
seng, timbale dan baja dengan tujuan agar tahan terhadap korosi. Aplikasi ini
banyak dipergunakan untuk melapisi kaleng kemasan makanan dan pelapisan pipa
yang terbuat dari logam.
·
Superkonduktor
Timah memiliki sifat konduktor dibawah suhu 3,72 K. Superkonduktor
dari timah merupakan superkonduktor pertama yang banyak diteliti oleh para
ilmuwan contoh superkonduktor timah yang banyak dipakai adalah Nb3Sn.
·
Solder
Solder sudah banyak dipakai sejak dahulu kala. Timah dipakai dalam
bentuk solder merupakan campuran antara 5-70 % timah
dengan timbale akan tetapi campuran 63 % timah dan 37 % timbal
merupakan komposisi yang umum untuk solder. Solder banyak digunakan untuk
menyambung pipa atau alat elektronik
·
Pembuatan
Senyawa Organotin
Senyawa organoti merupakan senyawa kimia yang terdiri dari timah
(Sn) dengan hidrokarbon membentuk ikatan C-Sn. Senyawa ini merupakan bagian
dari golongan senyawa organometalik. Senyawa ini banyak dipakai untuk sintesis
senyawa organic, sebagai biosida, sebagai pengawet kayu, sebagai stabilisator
panas, dan lain sebagainya.
·
Pembuatan
Senyawa Kimia Untuk Berbagai Keperluan
Logam timah juga dipakai untuk membuat berbagai maca senyawaan
kimia. Salah satu senyawa kimia yang sangat penting adalah SnO2 dimana dipakai
untuk resistor dan dielektrik, dan digunakan untuk membuat berbagai macam garam
timah. Senyawa SnF2 merupakan aditif yang banyak ditambahkan pada pasta gigi.
Senyaan timah, tembaga, barium, kalsium dipakai untuk pembuatan kapasitor. Dan
tentu saja senyawaan kimia juga sering dipakai untuk pembuatan katalis.
3.3 NILAI EKONOMI
Pada bulan
Agustus 2011, harga Timah di pasaran dunia sekitar 21.000 US $ per metrik ton,
atau apabila nilai 1 Dollar AS dikonversikan terhadap Rupiah menjadi Rp.
10000,- berarti harga per metrik tonnya sebesar Rp.210.000 000,- Apabila nilai
1 metrik ton sama dengan 1000 kg, maka dapat diambil kesimpulan bahwa nilai
ekonomi dari timah adalah Rp. 210/gram. Bila dibandingkan dengan harga emas
pada tanggal 20 November 2011 yang pergramnya adalah Rp. 502821-, jelas sangat jauh perbandingannya mengingat
logam ini memang bukan jenis logam- logam yang jarang ditemui, dan
kelimpahannya termasuk banyak di alam ini. Faktor lain yang mempengaruhi adalah
kegunaannya yang bukan untuk perhiasan.
Kegiatan pemasaran mencakup
kegiatan penjualan dan pendistribusian logam timah.Pendistribusian logam timah
hampir 95% dilaksanakan untuk memenuhi pasar di luar negeri atau ekspor dan
sebesar 5% untuk memenuhi pasar domestik. Negara tujuan ekspor logam Timah
antara lain adalah wilayah Asia Pasifik yang meliputi Jepang, Korea, Taiwan,
Cina dan Singapura, wilayah Eropa meliputi Inggris, Belanda, Perancis, Spanyol
dan Italia serta Amerika dan Kanada.
Pendistribusian dilaksanakan
melalui pelabuhan di Singapura untuk ekspor sedangkan untuk domestik
dilaksanakan secara langsung dan melalui gudang di Jakarta. Tipe pembeli logam
timah dapat dikelompokkan atas pengguna langsung (end user) seperti pabrik atau industri solder serta industri pelat
timah serta pedagang besar (trader). Produk yang dihasilkan mempunyai kualitas
yang telah diterima oleh pasar internasional dan terdaftar dalam pasar
bursa logam di London (London Metal Exchange). Kualitas setiap
produk yang dihasilkan oleh perusahaan dijamin dengan sertifikat produk (weight
and analysis certificate) yang berstandar internasional dan berpedoman kepada
standar produk yang ditetapkan oleh London Metal Exchange
(LME) sehingga dapat diperdagangkan sebagai komoditi di pasar bursa logam.
Jenis-jenis produk yang diproduksi
oleh PT Tambang Timah dibedakan atas kualitas dan bentuknya.
A.
Berdasarkan kualitas produk dapat
dibedakan atas:
·
Banka Tin (kadar Sn 99.9%)
·
Mentok Tin (kadar Sn 99,85%)
·
Banka Low Lead (Banka LL) terdiri atas Banka
LL100ppm, Banka LL50ppm, Banka LL40ppm, Banka LL80ppm, Banka LL200ppm
·
Tin Alloy, dalam bentuk babbit (kadar Sn 80-88
%) dan Pewter (kadar Sn 91-95 %)
·
Tin Solder, produk solder (info lebih lanjut
dapat dilihat di situs resmi PT.TIMAH.)
B.
Berdasarkan bentuk dapat dibedakan
atas:
·
Banka Small Ingot
·
Banka Tin Shot
·
Banka Pyramid
·
Banka Anoda
BAB
IV
PEMBAHASAN
Pada pengolahan timah ini pada
dasarnya Proses
peleburan timah menggunakan reduktor gas CO, gas ini diperoleh dari hasil
pembakaran C (fixed carbon) dalam antrasit dengan reaksi sebagai berikut:
C(s) + O2(g) CO2(g) (1)
CO2(g) + C(s) 2
CO(g) (2)
2C(s) + O2(g) 2
CO(g) (3)
Pada temperatur operasi 1400°C gas CO lebih stabil daripada gas CO2 sehingga
reaksi berjalan ke kanan dan diperoleh gas CO. Reaksi reduksi bijih timah
menjadi timah bebas adalah sebagai berikut:
SnO2(s) + CO(g) SnO(s) + CO2(g) (4)
SnO(s) + CO (g) Sn(l) + CO2(g) (5)
Dari reaksi tersebut, masih terdapat SnO2 yang tidak
tereduksi oleh C(s) yang lalu akan bereaksi dengan
Sn(l) dan silika (SiO2) untuk menghasilkan terak
(slag) stannous silicate. Reaksi yang terjadi adalah:
SnO2(s) + Sn(l) + 2 SiO2(l) 2 SnOSiO2(sl) (6)
Untuk menghasilkan Sn(l), terak ini dapat direduksi oleh C(s), reaksinya
adalah sebagai berikut:
2SnOSiO2(sl) + 2 C(s) 2 Sn(l) + 2 SiO2(sl) + 2
CO2(g) (7)
Pada temperatur 1150oC – 1250oC oksida - oksida pengotor
yang terdapat di dalam bijih timah sebagian tereduksi menjadi FeO. Reaksi
sebagai berikut:
3FeO(s) + CO2(g) Fe3O4(s) + CO(g) (8)
Fe3O4(s) + CO(g) 3FeO(s) + CO2(g) (9)
Lalu adanya penambahan fluks akan mendesak FeO dan SnO dari dalam slag
karena fluks/batu kapur akan terdekomposisi menjadi CaO dan CO2, dengan reaksi:
CaCO3 CaO +
CO2 (10)
Yang dimulai pada temperatur 600°C dan akan sempurna pada temperatur
900-1000°C. Kemudian, akan bereaksi mendesak FeO dan SnO dari slag 1 dengan
reaksi sebagai berikut :
SnO.SiO2 (slag) + CaO (s) SnO (slag) + CaO.SiO2
(slag) (11)
SnO (slag) + CO (g) Sn (l) + CO2 (g) (12)
2FeO.SiO2 (slag) + CaO (s) FeO (slag) + CaO.SiO2 (slag) (13)
FeO (slag) + CO (g) Fe (l) + CO2 (g) (14)
Berikut ini adalah proses tambahan pada proses pengolahan timah
A.
Tapping
Tapping adalah proses mengeluarkan timah cair dan slag dalam tanur,
setelah dilakukan tapping maka akan dipisahkan antara slag dan logam timah
cair, sehingga logam timah cair yang dipisahkan dapat dicetak.
B.
Pencetakan
Proses
pencetakan dilakukan setelah mengeluarkan logam timah cair dari dalam tanur,
pencetakan dilakukan dengan menggunakan cetakan yang sudah ada. Produk akhir
disebut ingot.
C.
Refining (pemurnian)
1.
Pyrorefining
Pyrorefining
adalah metode pemurnian dengan menggunakan temperature tertentu guna
mendapatkan produk yang memiliki impurities/pengotor seminimal
mungkin. Pada industri pemurnian timah, produk yang didapat dari pyrorefining
berkisar antara 99,85 – 99,95 %. Proses ini dilakukan dengan menambahkan zat
aditif yang akan berfungsi sebagai pengikat impurities di dalam timah
cair.Tahapan proses ini meliputi:
v
Pengurangan
kadar As, dilakukan dengan cara menambahkan alumunium sehingga akan terbentuk
senyawa AsAl yang mengapung di permukaan timah cair, karena ditiupkan udara ke
dalam timah cair (proses polling).
v
Pengurangan
kadar Cu dan Ni, dilakukan dengan menambahkan sulfur ke dalam timah cair
sehingga akan terbentuk endapan CuS dan NiS. Analisa akhir juga tetap dilakukan
untuk pengecekan, jika ternyata terdapat kandungan impurities yang
melebihi atau di ambang batas standar yang ditetapkan maka
dilakukan refiningulang sesuai dengan kandungan impurities yang
ingin dikurangi.
v
Pengurangan
kadar Fe, dilakukan dengan cara mengubah temperatur ketel menjadi 300 - 400°C
sehingga akan terbentuk endapan FeSn di dasar ketel. Selain itu ditambahkan
serbuk gergaji yang akan berfungsi sebagai buffer interface untuk
memisahkan endapan FeSn dengan Sn cair.
BAB V
KESIMPULAN
Dari paparan-paparan
di atas dapat disimpulkan bahwa Timah adalah salah satu unsur logam utama yang
dibutuhkan dalam kehidupan sehari- hari kita. Begitu banyak aplikasinya dalam
kehidupan kita. Dan dengan jumlah yang cukup banyak di permukaan bumi
membuatnya menjadi salah satu bahan alternatif favorit dalam pembuatan berbagai
macam alat yang mendukung kehidupan sehari-hari kita. Bukan hanya dalam bentuk
murni saja timah dapat menjadi sesuatu yang berharga, namun campuran logam
timah juga sangat penting. Solder lunak, perunggu, logam babbit, logam bel,
logam putih, campuran logam bentukan dan perunggu fosfor adalah beberapa
campuran logam yang mengandung timah. Kemudian dalam pelapis dalam
kaleng kemasan makanan, digunakan dalam pembuatan bola lampu, sampai pada
penggunaan pada alat-alat olah raga.
Adapun Proses pengolahan mineral
timah ini meliputi banyak proses, yaitu :
1.
Washing atau Pencucian
a.
Pemisahan berdasarkan ukuran atau screening/si§zing
dan uji kadar
b.
Pemisahan berdasarkan berat jenis
c.
Pengolahan tailing
d.
Proses Pengeringan
2.
Klasifikasi timah
3.
Pemisahan Mineral Ikutan
a.
Proses pre-smelting
b.
Proses Peleburan ( Smelting )
c.
Proses Refining ( Pemurnian )
4.
Pyrorefining
5.
Eutectic Refining
6.
Electrolitic Refining
DAFTAR PUSTAKA
http://revival44.wordpress.com/2010/03/02/logam-besi/
http://metal-hamzah.blog.friendster.com/2008/04/pengolahan-bijih-timah/
http://moslemchemistry.blogspot.com/2011/04/besi.html
http://www.encangirul.com/2011/04/proses-ekstraksi-timah-dari-ore.html
http://www.chem-is-try.org/
http://rimayantisihite.blogspot.com/2011/03/timah.html
http://www.ypb97.com/2010/02/proses-pemurnian-mineral.htm
http://metal-hamzah.blog.friendster.com/2008/04/pengolahan-bijih-timah/
http://moslemchemistry.blogspot.com/2011/04/besi.html
http://www.encangirul.com/2011/04/proses-ekstraksi-timah-dari-ore.html
http://www.chem-is-try.org/
http://rimayantisihite.blogspot.com/2011/03/timah.html
http://www.ypb97.com/2010/02/proses-pemurnian-mineral.htm